Umang

Malam sudah larut. Warung di tepi hutan itu hampir saja ditutup oleh pemiliknya, ketika tiba-tiba datang seorang pemuda.

“Jangan ditutup dulu Nyi, perutku lapar. Masaklah apa saja, akan aku memakannya,” pinta pemuda yang datang itu.

Perempuan yang dipanggil dengan sebutan Nyi itu pun mengurungkan niatnya menutup warung. Ia menatap ke arah pemuda itu yang menurut penilaiannya, berwajah tampan.

“Silakan masuk Kisanak, aku akan menyiapkan makanan untukmu. O, iya, rasanya baru kali ini aku melihatmu,” tukas pemilik warung sambil mengerlingkan matanya.

“Namaku Arok, berandalan dari Padang Karautan. Pernah dengar nama itu, Nyi?” jawab pemuda tampan itu, yang ternyata bernama Arok.

Dalam Pararaton disebutkan bahwa Arok adalah anak Dewa Brahma yang berselingkuh dengan seorang perempuan desa Pangkur yang bernama Endok. Ketika Arok lahir, ia dibuang oleh ibunya dan dipungut oleh Lembong, pencuri kelas kampung. Dalam pengasuhan Lembong, Arok tumbuh menjadi anak berandalan yang suka mencuru dan berjudi. Pada saat kondisi ekonomi Lembong yang carut-marut, Arok diusirnya. Arok mengelana dan bertemu dengan seorang bandar judi yang bernama Bango Samparan dan diangkat menjadi anak. Lagi-lagi Arok tumbuh di lingkungan para penjudi. Bango Samparan begitu sayang kepada Arok karena selalu membawa keberuntungan. Setelah Arok dewasa, ia berkolaborasi dengan seorang anak lurah melakukan perampokan di wilayah Kerajaan Kadiri. Komplotan perampok ini sangat ditakuti oleh orang-orang kaya yang menjadi pejabat Kerajaan Kadiri.

“O, ini toh yang namanya Arok. Namamu mengguncangkan dunia persilatan Kisanak. Kami, orang-orang kecil sangat berterima kasih kepadamu yang telah membagi hasil rampokan dari orang-orang kaya yang tamak,” kata pemilik warung.

“Nama sampeyan siapa Nyi?” tanya Arok setelah menyeruput kopi panas yang tersaji di hadapannya.

“Namaku Umang,” jawabnya singkat.

Itulah awal perkenalan Arok dan Umang. Malam itu Arok menginap di warung Umang. Tahulah apa yang terjadi pada kedua makhluk berlainan jenis itu. Hari-hari selanjutnya, Arok selalu menyempatkan menginap di warung atawa di rumah Umang.

~oOo~

Adalah Lohgawe, seorang brahmana yang bisa melihat dengan mata batinnya akan jadi apa Arok mendatang. Ia memburu Arok sampai ke tempat persembunyiannya, Padang Karautan.

“Arok, janganlah kamu habiskan masa mudamu dengan merampok. Ayo aku tunjukkan jalan kariermu!” ajak Lohgawe.

“Aku akan diajak ke mana, Romo?” tanya Arok.

“Aku akan membawamu ke Tumapel, menghadap Akuwu Tunggul Ametung. Jadilah prajurit di Tumapel!” kata Lohgawe.

Arok pun berpamitan kepada Umang. Ia akan mengabdi menjadi seorang prajurit. Siapa tahu akan menjadi prajurit di Kerajaan Kadiri. Keakuwuan Tumapel termasuk dalam wilayah Kerajaan Kadiri. Arok berjanji kepada Umang akan mengawininya begitu ia berhasil menjadi seorang prajurit.

~oOo~

Umang sangat merindukan Arok. Ia bertekad menyusul Arok. Tetapi ia tak tahu ke mana harus mencari, karena alamat yang diberikan oleh Arok ketika pamitan dulu ternyata alamat palsu.

ke mana ke mana ke mana ku harus mencari ke mana
kekasih tercinta tak tahu rimbanya
lama tak datang ke rumah
di mana di mana di mana tinggalnya sekarang di mana

Umang pun berpetualang mencari kekasih hatinya. Akhirnya ia diterima sebagai emban salah seorang selir Kertajaya, Raja Kadiri. Demi untuk mendapatkan informasi di mana Arok berada, ia bahkan mengumpankan tubuhnya kepada prajurit yang ditemuinya. Kepintaran yang dipadukan dengan kemolekan tubuh, Umang berhasil menjadi seorang telik sandi atawa mata-mata Kerajaan Kadiri.

Saking lihainya, Kertajaya pun terpikat rayuan Umang. Dan dari pembaringan Kertajaya menceritakan kalau ia sedang memburu Arok, yang sekarang menjadi Akuwu Tumapel setelah membunuh Tunggul Ametung. Tak hanya membunuh, Arok juga mengawini janda Tunggul Ametung, Dedes.

Panas hati Umang mendengar cerita itu. Umang dibakar cemburu. Ia ingin segera bertemu dengan Arok, dan akan menagih janjinya!