Tumbal Sarung

Seperti biasanya setiap malam Rabu kami latihan karawitan di kelurahan. Malam itu kami bertiga berangkat bersama. Salah satu temanku ini, paling demen pakai sarung. Ke mana-mana sarung selalu dipakainya, entah itu lihat sepak bola, kongkow dengan teman atau apel ceweknya sekalipun, tetap menempel di badannya.

Di tengah perjalanan, ada seorang cewek tengah menstarter vespanya. Berulang kali kendaraannya nggak hidup-hidup. Kami hampiri cewek tadi.

Karena iba, temanku yang pakai sarung tadi mencoba untuk membantu menstarter vespa tadi. Ajaib, sekali pancal vespa hidup. Maksud teman saya mau menutup bensinnya – sementara mesin masih hidup, pas membungkuk sarung temanku masuk ke mesin vespa yang tengah berputar. Kontan saja, mesin jadi mati.

Dan yang menarik, sarung temanku sulit sekali dilepas dari dalam mesin vespa. Dengan terpaksa temanku tadi melepas sarungnya, untuk mempermudah keluar dari mesin. Tapi apa lacur, ternyata temanku tadi cuma pakai celana dalam. Aku dan teman satunya lagi nggak bisa membendung tertawa. Dan kulihat si cewek cuma cengar-cengir saja.

Dengan membuka tutup/kap mesin vespa, barulah sarung dapat diselamatkan. Walaupun sudah remuk ujungnya. Kasihan temanku, sarung kesayangan untuk tumbal vespa.

Setelah kemasukan sarung, vespa lancar distarter. Cewek pun berlalu dengan mengucapkan terima kasih. Dan temanku cuma bisa bengong melihat sarungnya sobek. Betapa meriahnya bila si cewek cerita pada keluarganya.

Pebruari 1988