Tubuh sedang tidak seimbang

Sepanjang hari Senin kemarin, badan saya nggreges-nggreges. Paginya saya minum jamu yang berkhasiat menolak angin yang biasanya sangat manjur untuk mengusir masuk angin. Namun, sampai siang kok nggak bablas angine. Malah, rasa pegal-pegal terasa di tubuh bagian kiri. Bayangan tanda-tanda stroke ringan menghantui diri saya, maka Senin itu saya pulang kantor tepat waktu untuk mengejar ke dokter bagian syaraf.

Jam tujuh malam kamar dokter sudah dibuka, dan saya mendapatkan nomer urut kedua. Dokter bertanya aktivitas terakhir saya yang menyebabkan tubuh pegel-pegel separoh, apakah makan yang berlemak-lemak, berapa kadar TG dan asam urat hasil lab terakhir? Saya menceritakan habis melakukan perjalanan panjang tempo hari dan tentu saja makan yang berlemak di sepanjang perjalanan. Saya pun diperiksa. Syaraf-syaraf motorik, refleks, dan sedikit dilipat-lipat untuk memastikan di mana rasa sakitnya. Syahdan, saya pun diberi resep untuk 6 jenis obat.

Obat saya minum mulai Senin malam. Selasa pagi kembali saya minum obat. Namun aneh, antara sadar dan tidak saya mengikuti rapat rutin Selasa pagi dengan tidak berkonsentrasi. Tubuh terasa melayang, mengantuk, pusing dan perut mulai mual. Tanda-tanda semacam ini pernah saya alami beberapa tahun lalu, maka sebelum kebacut saya pergi ke toilet untuk mengantisipasi hal-hal buruk yang terjadi.

Dan betul saja. Saya muntah-muntah hebat, meskipun yang keluar dari lambung hanya air. Mungkin karena saya sarapan roti sehingga sudah hancur masuk ke perut. Saya muntah hingga empat kali. Setelah itu sangat lega yang saya rasakan. Tubuh berasa ringan. Herannya, gigi saya menjadi sangat ngilu. Jangan-jangan cairan yang saya keluarkan mengandung kadar asam yang sangat tinggi. Nafsu makan tak ada sama sekali, mungkin karena perut yang agak kram.

Saya bilang ke Gino – sang OB, untuk tidak membuatkan kopi dulu. Rabu pagi sarapan tanpa kopi. Minum obat lagi. Menjelang lohor tubuh terasa melayang lagi, mengantuk, pusing dan perut mulai mual. Kejadian sehari sebelumnya terulang kembali. Gino membuatkan teh hangat.

Obat yang tinggal satu jatah minum, tadi pagi nggak saya sentuh lagi. Saya juga nggak ngopi. Setidaknya, sampai menjelang asar ini tubuh saya masih aman-aman saja meskipun sesekali masih terasa melayang. Makan siang tadi pun terasa sangat nikmat.

Pegal separoh pun jauh berkurang, tinggal rasa pegal di tengkuk saja. Ciri khas jika kadar koles sedang naik.

Namun, gigi saya masih ngilu. Jangan-jangan gantian lambung saya yang terganggu? Gigi ngilu sama lambung terganggu, emang apa hubungannya?