Judul buku : The Lost Symbol • Penulis : Dan Brown • Penerbit : Bentang Pustaka, 2010 • Tebal : 705 hal. Novel karangan Dan Brown ini merupakan lanjutan novel sangat laris Angels & Demons dan The Da Vinci Code. Jika dua novel sebelumnya yang bertokohkan pakar simbol dari Universitas Harvard, Robert Langdon, membeberkan organisasi terkait Katolik, pada The Lost Symbol bercerita tentang kelompok rahasia Freemasonry di Amerika Serikat. Tidak seperti membaca novel Dan Brown yang lain (Angels & Demons, The Da Vinci Code, Digital Fortress, Deception Point yang diterbitkan oleh Serambi) meskipun tebalnya hampir sama, The Lost Symbol ini saya baca selama 127 dudukan. Saya akan membagi sedikit isi novel ini.
Dan Brown mengambil Freemasonry sebagai setting cerita karena kelompok ini penuh kontroversi. Berbagai tuduhan dialamatkan kepada mereka salah satunya memiliki tujuan menguasai dunia dan menciptakan Tata Dunia Baru. Meskipun di beberapa negara kelompok Freemansory terkesan menampakkan keberadaan mereka secara terang-terangan, tak urung kental dengan kesan adanya misteri di dalamnya. Untuk bergabung di dalamnya, orang harus melewati ritual inisiasi yang pelik, demikian juga untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi. Kaum Mason pun menggunakan bahasa-bahasa simbolik, dengan lambang-lambang dan kode-kode aneh yang hanya bisa dipahami kalangan sendiri.
Seperti halnya dalam novel Angels & Demons di sana ada Gereja Vatican dan Illuminati, The Da Vinci Code ada Opus Dei dan Priory of Sion, juga sejarah Kristiani secara keseluruhan, di The Lost Symbol ini petualangan Robert Langdon mengajak kita menemukan lambang-lambang Mason yang bertebaran di US Capitol , Monumen Washington, dan bangunan-bangunan bersejarah AS lainnya.
Novel ini mempunyai rentang waktu cerita sekitar 12 jam. Jadi, dari awal hingga akhir cerita penuh dengan ketegangan khas Dan Brown. Robert Langdon, seorang professor pakar simbol yang selalu menggunakan jam tangan Mickey Mouse itu dipaksa oleh Sato, petinggi CIA untuk mengungkap suatu pesan dengan simbol tertentu yang ditorehkan pada sepenggal tangan Peter Solomon yang tak lain sahabat Robert Langdon sendiri. Ada yang menarik pada cerita bagian ini, karena mengungkapkan angka 13. Mereka masuk ruangan, di lantai paling dasar dari US Capitol yang disebut SBB 13. Langdon memperhatikan tata letaknya yang identik dengan mausoleum empat belas makam – tujuh ruangan menghadap tujuh ruangan, dengan satu ruangan dipakai untuk meletakkan tangga yang baru saja mereka jejaki. Semuanya tiga belas (hal 216).
Para pendukung konspirasi “tiga belas” AS akan bersorak-sorai seandainya mengetahui adanya tiga belas ruang penyimpanan yang terkubur di bawah US Capitol. Beberapa orang menganggap Lambang Negara AS mencurigakan karena mempunyai angka serba 13 : piramid dengan 13 jenjang, 13 huruf dalam tulisan ‘Annuit Coeptis’, di pita tergigit paruh burung elang tertulis ‘E Pluribus Unum’, terdiri dari 13 huruf. Di atas kepala sang elang bersinar 13 bintang, di perisai terlukis 13 garis, cakar kiri mencengkeram 13 anak panah, di cakar kanan dengan 13 daun zaitun. Serba 13 ini bisa Anda teliti pada bagian belakang uang kertas satu dollar AS.
Cerita selanjutnya, silakan Anda membaca novelnya!