Tas selempang cowok

Gambarnya bolehnya ngambil dari Kompas Minggu 13/5/2012

Ketika pertama kali melihat kartun Mice di atas, saya nyengir. Wong rasanya tersentil. Bukan modelnya yang membikin saya tersentil, karena saya jamin tas selempang saya bukan model yang “pasaran” seperti gambar kartun tersebut: tas biasanya warna coklat atawa hitam dengan strip merah putih, pun dengan warna selempangnya. Meskipun nggak mahal, tas selempang saya asli. Bahannya dari kulit, warnanya satu macam: coklat. Ber-merk lokal yang sama persis dengan merk baju dan celana-celana jins saya.

Fenomena cowok menggunakan tas selempang saya amati makin trend setahun belakangan ini. Siapa saja yang menggunakan? Dari pejabat semacam Pak Bupati dan perangkat di bawahnya, para legislator tingkat kabupaten, kepala sekolah dan guru, pegawai kantoran, pengurus LSM/Ormas, tukang parkir – tukang sayur keliling – penjaga roti (meskipun sebagian besar mereka masih menggunakan tas pinggang), dan tentu saja saya sendiri.

Tas selempang saya cukup membantu memecahkan kerepotan saya ketika harus membawa bermacam pernak-pernik yang saya butuhkan sewaktu-waktu. Untuk membandingkan dengan sentilan di kartun Mice, saya mencoba mengintip isi tas selempang saya: dompet, hape, kunci mobil, kaca mata plus, buku bacaan (ukurannya nggak besar-besar amat), tisu basah, pulpen, obat: alergi, sakit kepala, dan tetes mata. Dompet berada di tas selempang ada sejarahnya. Sebelumnya, saya menyimpan dompet di saku celana bagian kanan-belakang. Karena lupa mengambil dompet sebelum celana masuk keranjang cucian, dompet seisinya tergiling di mesin cuci. Beberapa kertas hancur, kartu ATM/kredit bisa terselamatkan. KTP dan STNK perlu perlakuan khusus untuk menyelamatkannya. Sejak saat itu, saya selalu menyimpan dompet di tas selempang. 

Buku  dan kaca mata plus menjadi barang yang sangat bermanfaat ketika saya mesti ada pekerjaan menunggu. Dari pada bengong, waktu saya manfaatkan untuk membaca. Saya kurang suka utak-atik hape di saat nganggur seperti itu. Tisu basah akan sangat bermanfaat ketika saya terpaksa menggunakan toilet umum. Obat-obatan hanya untuk jaga-jaga misalnya nekjika tiba-tiba biduran saya kumat atawa sedang mumet.

Tidak dalam setiap kesempatan saya membawa tas selempang saya itu.