Dalam bertutur atawa menulis, saya menghindari pemakaian kata dan frasa yang tidak saya suka. Kalau ditanya kenapa saya tidak suka pada kata atawa frasa tersebut, jangankan memberikan alasannya saya akan mengatakan pokoknya nggak suka.
Memang kata atawa frasa apa saja yang tidak saya suka? Ada beberapa. Frasa pertama yang saya benci sampai di ubun-ubun adalah “seperti kita ketahui bersama” yang biasa digunakan di awal kalimat atawa membuka percakapan. Contoh dalam kalimat misalnya seperti di bawah ini:
Seperti kita ketahui bersama, pada hari Sabtu yang lalu saya kehilangan sebuah dompet yang di dalamnya berisi bermacam-macam dokumen.
Dalam hati saya berujar, “belum tahu tuh!” Apakah sang penutur begitu yakinnya, bahwa pembaca atawa pendengarnya benar-benar tahu kalau ia telah kehilangan dompet di hari Sabtu? Konyolnya, frasa semacam itu sering kita temui di tulisan atawa makalah yang dibuat oleh kalangan akademisi.
Saya juga tak suka kata “senantiasa”, dan lebih memilih menggunakan kata “selalu”. Kata “senantiasa” – menurut saya, terkesan genit dan bertele-tele. Kata “selalu” lebih tegas. Ini masalah persepsi saja, bro. Nggak usah marah begitu. Pernah saya mendengar perkataan seperti ini:
Alhamdulillah kita dipertemukan di tempat yang mulia ini. Semoga keberkahan selalu dan senantiasa terlimpah curah kepada kita semua. Selanjutnya, senantiasalah kita mensyukuri nikmat yang ada ini.
Kemudian ada kata “lantas”. Hmm…. nekjika kata ini diucapkan sendirian, apalagi saat memotong pembicaraan seseorang kata “lantas” seperti menyepelekan. Kok bisa? Wis, pokoknya bisa karena telinga saya nggak suka mendengar kata tersebut. Untuk menghindari kata “lantas” saya memakai kata “lalu”. Selain itu ada kata “lantaran” yang tidak saya suka.
Ada lagi frasa yang saya tidak suka yakni “yang mana”. Saya heran, siapa sih yang menciptakan frasa ini sehingga banyak orang yang suka mengucapkan frasa “yang mana” ini? Contohnya seperti ini:
Bapak Bupati akan meresmikan sebuah Rumah Sakit yang mana Rumah Sakit itu akan dapat menerima pasien dari masyarakat tidak mampu.
Frasa “yang mana” di atas mestinya dapat digantikan dengan kata “sehingga”, bukan? Frasa “yang mana” akan terasa pas jika digunakan untuk kalimat tanya semacam ini: Kamu pilih yang mana?
Lantas, kata atawa frasa apa lagi yang tidak saya suka? Seperti kita ketahui bersama, lantaran di The Padeblogan ini hampir saban hari muncul artikel baru, maka senantiasalah membacanya karena barangkali Anda akan menemukan sebuah kata atawa frasa yang mana tanpa saya sadari tercantum di sana.