Tai kucing rasa cokelat

RM Ario Trengginas memerhatikan tingkah Wagiyem yang seminggu ini senang tersenyum sendiri. Pagi tadi ketika Wagiyem menyodorkan surat-surat yang harus ditandatangani oleh RM Ario Trengginas, makin jelas lagak lageyannya kalau Wagiyem sedang ceblok-dhemen, jatuh cinta.

“Yem, tak perhatikan kok kamu senyam-senyum wae. Memangnya cowok berdasi biru yang bertamu kemarin itu habis nembak kamu apa?”

Weits… konangan deh. Hi..hi..hi…”

“Tahu nggak kamu, Yem. Ketika seseorang itu sedang jatuh cinta, sering semua hal tampak indah dan menyenangkan, dilihat dan dirasa. Sok-sok perasaannya kadang membuat ia nggak realistis lagi dalam memandang hubungan asmaranya itu. Apa kamu juga begitu Yem?”

Anu Denmas, saya sih berharap tetap menjadi diri sendiri saat menjalin hubungan asmara cinta.”

“Ya..ya… muga-muga kamu nggak terjebak dalam hubungan yang nggak sehat. Realistis saja, tahi kucing ya rasa tahi kucing, bukan berasa cokelat. Atawa di Jawa ada istilah wingko katon kencana, pecahan genting kelihatan emas. Jangan seperti itu. Wingko ya wingko, kencana ya kencana.”

“Bukankah jebakan itu memang sering dialami oleh orang-orang yang lagi kasmaran, Denmas? Lalu, supaya bisa nglakoni hubungan asmara yang nyaman, pripun nggih?”

“Nah seperti kamu tuh, suka lupa diri. Ngguya-ngguyu sendiri. Sakjane ya lumrah, wong namanya lagi jatuh cinta. Pikiranmu hanya fokus pada pacarmu. Terus kamu malah cuekin orang-orang yang ada di sekitarmu!”

“Ah.. saya kan nggak begitu Denmas.”

“Iya, jangan sampai seperti itu. Kalau hal itu kamu lakukan bisa berakibat kurang baik, misalnya kamu akan dijauhi oleh teman-temanmu. Malah kamu nanti dianggap kurang bergaul. Ingat, kita hidup ini butuh teman.”

Nggih Denmas.”

“Kamu boleh saja jatuh cinta kepada cowok berdasi biru itu tapi kamu jangan terlalu berpikir, kalau hanya dia yang dapat mendatangkan kebahagiaan.”

“Maksudnya, pripun Denmas?”

“Kamu kudu bisa menghindarkan diri untuk tidak memusatkan perhatian dan kebahagiaan hanya pada dia seorang. Hal ini bisa menutup kesempatanmu untuk menjadi lebih baik. Ada pihak lain yang bisa membuatmu bahagia. Ada pihak lain yang juga memerlukan perhatianmu. Entah itu teman, kerabat atawa orang tuamu.”

“Dan menutup wawasan saya sendiri, kan Denmas?”

Ho-oh. Bahkan ketika kamu sudah menikah nanti, kamu dan suamimu itu perlu memiliki ruang pribadi sendiri-sendiri. Misalnya hobimu merawat tanaman. Tekuni saja hobimu itu. Atawa jika suamimu senang main catur bersama teman-temannya, kasihlah kesempatan ia untuk menikmati hobi caturnya itu. Inilah yang disebut memiliki ruang pribadi sendiri.”

“Bisa menambah kemesraan nggih Denmas?”

“Bisa jadi, Yem. Sing paling penting, hubungan asmaramu harus memiliki memiliki kejelasan arah. Kalau nggak jelas bisa membuatmu lelah. Batinmu, terutama.”

Kring…kring….kring….

“Ya halooo… Eh, Mas Dasi Biru toh. Inggih mas… ini saya sedang ngobrol sama Denmas… Oh.. nggak papa… nggak papa… silakan sampaikan aja di telepon.. wong ini tadi Denmas ngasih sesorah perkara hubungan asmara kita kok. Nggih… nggih… apa? Apa mas?! Secepat ini??!”

“Eh.. Yem, ada apa kok kamu kaget seperti itu?”

Anu… Denmas… anu… Mas Dasi Biru barusan ngajak kawin!”