Judul: Seni Merangkai Keberhasilan • Penulis: Akhmad Muhaimin Azzet, Lily Suhana dan Abdul Cholik • Penerbit: PT Elex Media Komputindo (2014) • Tebal: viii + 125
Suatu ketika seorang kawan mengeluh kepada saya mengenai nasibnya yang tak seberuntung orang lain. Ia sudah berumur mendekati usia pensiun, tetapi belum punya apa-apa untuk sangu di masa pensiunnya nanti. Ia membandingkan dengan anak muda berusia tiga puluhan, sudah nikah dan punya anak satu. Anak muda tersebut jauh lebih sukses hidupnya dibandingkan dengannya. Sukses dalam karier maupun kekayaan.
Mendengar keluhannya – dan saya berkesimpulan kalau orang gagal itu hobinya memang suka mengeluh – saya memberikan sebuah sanepan kepadanya. Saya memberikan pertanyaan kepadanya: Ada dua buah dompet. Jika disuruh memilih salah satunya, kamu akan memilih dompet yang bentuknya panjang tetapi berisi uang seratus ribu atau dompet yang pendek tetapi isinya sejuta rupiah. Sama seperti manusia, ada mereka yang berumur panjang namun kualitas hidupnya sangat rendah atau mereka yang masih muda namun sudah mencapai tingkat kualitas hidup di atas rata-rata.
Kenapa bisa begitu?
Dalam buku Seni Merangkai Keberhasilan kita akan mendapatkan jawabannya. Untuk meraih kesuksesan dan kebahagiaan hidup ada seninya, sebab hidup itu tak pernah berjalan secara lempeng/lurus tetapi berkelok bahkan melewati jalan yang terjal. Kalau tak punya bekal ilmu penghidupan yang cukup, maka akan cara berjalannya akan tertatih-tatih. Buku ini disusun oleh tiga penulis yakni Akhmad Muhaimin Azzet, Lily Suhana dan Abdul Cholik.
Akhmad Muhaimin Azzet membocorkan salah satu ilmu penghidupan, yakni isilah hati dan pikiran dengan pandangan positif (hal 30). Hal tersebut sangat besar pengaruhnya dalam mewujudkan kesuksesan dan kebahagiaan seseorang. Bila persangkaan yang baik atau pandangan positif akan terbangun, maka Allah akan menganugerahkan ide, memudahkan jalan, memunculkan pendukung dan seterusnya (hal 31). Di dalam buku ini ia memberikan kontribusi 19 artikel yang ringan interesan namun sarat dengan hikmah, misalnya di halaman 41: Godaan pertama yang mesti dihindari bagi orang yang ingin berhasil adalah rasa malas.
Bagian kedua buku ini menjadi jatahnya Lily Suhana. Ada 10 artikel yang ditulisnya salah satunya Ikhlas dan Kesungguhan Hati (hal 59). Saya tertarik dengan kisah dua pemuda tukang bangunan. Perhatikan kutipan percakapan di bawah ini:
“Bagi saya, sederhana saja, Pak,” ujarnya dengan wajah yang rendah hati. “Melakukan semuanya dengan tulus dan tidak pernah meremehkan apa pun. Dengan begitu, saya lebih mengerti saat diajarkan dan bersungguh-sungguh mengerjakannya,” lanjut sang pemuda.
“Jika kita bekerja dengan kesungguhan hati, maka hasilnya akan luar biasa.”
Bagian ketiga buku ini diberi judul Hidup dalam Kebajikan, berisi 11 artikel karya Abdul Cholik. Lagi-lagi kita menemukan ilmu penghidupan di buku ini yang mudah untuk dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Hidup di dunia fana ini memang harus bisa menjaga keseimbangan. Manusia sebagai makhluk sosial tentu harus berinteraksi dengan lingkungannya. Hubungan antara manusia dan manusia yang lain harus selaras, serasi, dan seimbang. Demikian pula hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta harus intens karena kepada-Nya jualah manusia akan kembali. (hal 106)
Dua jempol untuk buku ini.