Cerita tentang pengalaman melaksanakan ibadah haji atawa umroh tak pernah membosankan. Memang sih, beberapa di antaranya sering me-lebay-kan pengalamannya itu. Menurut saya, sah-sah saja asal cerita itu bukan merupakan kebohongan apalagi kalau yang diceritakan itu pengalaman batinnya.
Apa saja yang diceritakan?
Berhasil mencium Hajar Aswad. Di tengah ribuan orang yang melakukan tawaf, dapat mencium Hajar Aswad dengan khusyuk merupakan hal yang luar biasa – bukan karena bantuan para joki atawa sikut sana-sini. Banyak cerita yang terdengar, jamaah yang dapat mencium Hajar Aswad karena dibantu oleh orang hitam tinggi-besar. Saat tawaf memang ada banyak pengalaman: menyentuh Ka’bah, mengusap-usap kiswah Ka’bah, menyentuh maqam Ibrahim, shalat di Hijir Ismail, menyentuh pintu Ka’bah, terinjak kaki orang, digandeng orang-orang yang sudah sepuh, lupa jumlah putaran tawaf, bisa shalat tawaf persis di depan multazam, dan sebagainya.
Shalat di Raudhah. Ada keistimewaan di dalam Masjid Nabawi yakni makam Rasulullah SAW dan kedua sahabat beliau, Abu Bakar ra dan Umar ra. Dan tentu saja Ar-Raudhah asy-Syarif, yaitu ruangan yang terletak antara rumah Nabi SAW (kamar Aisyah) dan mimbar masjid. Dinamakan Raudhah karena terdapat dalam Hadist riwayat al-Bukhari: “Ruangan yang terdapat antara rumahku dan mimbarku adalah salah satu taman surga”. Di tempat ini selalu ramai dengan jamaah, meskipun di bagian masjid yang lain masih sepi. Semua orang ingin shalat di tempat ini, karena berdoa di tempat ini sangat mustajab. Perjuangan mencapai Raudhah asyik untuk diceritakan, apalagi bagi jamaah perempuan. Untuk bisa shalat di Raudhah memerlukan perjuangan tersendiri.
Ditegur Askar. Untuk menertibkan jamaah Masjid Nabawi dan Masjidil Haram yang jumlahnya jutaan itu, pemerintah Saudi menempatkan Askar (semacam tentara atawa polisi atawa pengawal), baik Askar laki-laki atawa perempuan. Tugas utama mereka memastikan bahwa jamaah dapat menjalankan shalat secara khidmat, khusyuk dan tertib. Tak jarang untuk menertibkan jamaah para Askar akan berteriak sambil mengacungkan tangan sebagai tanda ke mana jamaah harus berjalan. Pengalaman jamaah satu dengan lainnya berbeda bagaimana saat diperlakukan oleh Askar. Ada Askar yang mengecek tas sampai detil, ada juga yang membiarkan saja.
Tersesat. Pengalaman tersesat mencari/menuju tempat penginapan (biasanya bubaran shalat, tak mengenali nomor pintu masjid) jarang diceritakan jika hal itu merupakan pengamalan pribadi. Gengsi dong. Cerita yang terdengar bagaimana ia menolong orang tersesat.
Ada lagi? Sebetulnya masih banyak hal yang diceritakan, tapi kapan-kapan saja ya…