Si Raja Tidur

Putri merajuk kepada ayahnya yang baru pulang dari kantor. Sang ayah pun segera meraih tubuh anak perempuan berusia empat tahun itu, lalu mencium pipinya.

“Yah, aku punya pertanyaan. Hari Ibu diperingati setiap tanggal berapa, hayo…?”

“Dua puluh dua Desember, dong!”

“Betul. Terus kalau Hari Ayah?”

Kening sang ayah berkerut. Putri tersenyum lucu. “Ayah nggak tahu, Put!”

“Hari Ayah itu hari sabtu dan minggu. Nah, mumpung sekarang Hari Ayah, maka…. ayah harus membacakan sebuah dongeng untuk Putri.”

“Sekaligus Hari Anak Nasional tanggal 23 Juli, Put.”

~oOo~

Keinginan seorang putri raja kadang memang suka aneh-aneh. Demikian pula putri raja dalam kisah ini. Namun sebenarnya keinginan itu tidak bisa disebut aneh. Ia mempunyai alasan tertentus sebelum mengajukan keinginannya itu.

Tersebutlah Raja Jungur yang arif dan bijaksana dari tanah Renjang. Ia mempunyai seorang putri jelita bernama Putri Serindu. Sudah lama sang raja ingin punya menantu. Namun sang Putri belum mau menikah. Tiap hari sang Raja maupun Permaisuri membujuk anaknya itu agar mau menerima lamaran salah satu pangeran yang datang ke istana kerajaan,

Suatu hari, Permaisuri kembali membujuk Putri Serindu.

“Cobalah, katakan pada ibunda, pemuda yang bagaimanakah yang engkau dambakan?”

Putri Serindu memelu ibunda Permasuri sambil berlinang air mata. Ia bisa merasakan, betapa ibundanya sangat berharap pada dirinya. Maka, dengan hati-hati, disertai rasa kuatir, sang putri berkata,

“Bunda, sebelumnya Ananda mohon maaf apabila laki-laki pilihan Ananda nanti tidak berkenan di hati Ayahnda dan Ibunda.”

“Katakan saja anakku. Katakan apa yang ada dalam hatimu,” kata Permaisuri dengan penuh kesabaran. “Ibunda akan mengikuti apa saja keinginanmu. Katakanlah sekarang,” katanya.

Agaknya Permaisuri ingin meneguhkan hati putrinya itu.

“Bunda, ananda ingin menikah dengan Raja Tidur,” kata Putri Serindu. Suaranya begitu lembut, namun nadanya terdengar mantap dan penuh keyakinan.

Permaisuri dan Baginda Raja bingun hatinya. Siapakah si Raja Tidur itu? Baginda Raja berpikir sejenak. Lalu, ia berkata bijak,

“Baiklah, aku akan mengadakan sayembara. Siapa saja yang bisa tidur paling lama, dialah yang akan kunobatkan sebagai Raja Tidur. Dan dialah yang akan menjadi suami anakku,” katanya.

Esok paginya, pagi-pagi benar, para prajurit kerajaan sudah menyebarkan pengumuman tentang sayembara itu di berbagai tempat. Begini bunyi pengumuman itu:

SAYEMBARA
Barang siapa paling lama tidur akan dijadikan suami Putri Serindu.

Banyak orang berbondong-bondong mengikuti sayembara itu karena mereka anggap itu perlombaan yang mudah.

Di antara calon peserta, ada seorang pemuda desa yang tampan bernama Anak Lumang. Ia pemuda yatim piatu. Setiap hari ia membuat bubu, yakni tempat menangkap ikan dari bambu, kemudian dijual di pasar. Hasilnya untuk makan sehari-hari. Sebetulnya Anak Lumang bingung untuk mengikuti sayembara itu. Sebab, jika ia ikut, ia tak bisa membuat bubu dan tak bisa makan hari itu.

Namun ia punya akal! Ia akan membuat bubu dulu sebelum mengikuti sayembara itu.

Maka, sebelum berangkat ke istana raja, ia menyiapkan segala sesuatunya. Yakni bambu yang sudah diraut seperti lidi dan diikat dengan tali rotan. Juga, beronang berisi rotan, parang, pisau, tempurung dan alat-alat pelengkap membuat bubu lainnya. Beronang ini adalah sejenis keranjang yang dibawa dengan cara digendong di belakang dan talinya dikaitkan di kepala.

Saat lomba diadakan, dan jam perlombaan dimulai, semua peserta mulai memejamkan matanya. Naum, Anak Lumang malahan menyelesaikan pekerjaannya membuat bubu. Kali ini ia membuat bubu yang besar, indah dan rapi. Ketika semua peserta sudah benar-benar tidur dengan pulas, bubunya belum selesai juga. Baru ketika hari menjelang subuh, dan ayam jantan berkokok, selesailah pekerjaan Anak Lumang. Lalu, digantungkannya bubu itu di dinding bagaikan hiasan. Indah sekali hasilnya. Ia merasa lega. Namun walau tugasnya sudah selesai dan sudah merasa ngantuk, ia tak langsung tidur. Dengan rajin ia membereskan dulu semua sisa-sisa pekerjaannya itu. Ia bersihkan sampah bekas membuat bubu, dan memasukkan semua perlengkapan ke dalam beronang. Setelah semua bersih, kantuknya sudah tak tertahankan lagi. Maka, tertidurlah ia dengan amat pulas.

Pagi-pagi sekali Putri Serindu berkeliling untuk menilai semua peserta satu-satu didampingi Baginda Raja, hulubalang dan para Menteri. Putri Serindu terpesona dengan keindahan bubu yang digantung di dinding, hasil pekerjaan Anak Lumang. Ia juga sempat melihat beronang yang berisi perlengkapan membuat bubu. Putri Serindu jadi tahu, rupanya pemuda ini membuat bubu dulu sebelum tidur. Tentu saja ia menjadi kelelahan dan bisa tidur nyenyak. Putri Serindu tersenyum dan merasa lega hatinya. Ia sudah menemukan tambatan hatinya.

Akhirnya Putri Serindu mengumumkan siapakah yang menjadi pemenang sayembara itu.

“Ketahuilah, Raja Tidur yang kucari bukan pemuda yang benar-benar suka tidur, melainkan yang suka bekerja, ulet, rajin sehingga ketika tiba waktu tidur, ia bisa tidur dengan nyenyak sekali.”

Lalu nama Anak Lumang disebut sebagai pemenang sayembara itu.

Baginda Raja Jugur gembira, begitu pula sang Ibunda Permaisuri. Lalu pesta pernikahan yang meriah dilangsungkan selama tujuh hari tujuh malam, kedua mempelai hidup rukun dan bahagia.

~oOo~

Sang ayah menutup buku dan melirik anaknya. O, rupanya Putri sudah terlelap. Selimut ditariknya ke atas sampai dada Putri. Sebelum keluar kamar, ia mencium kening Putri dan mematikan lampu kamar besar, sehingga lampu kecil yang menyala di kamar Putri.

Cerita yang dibacakan oleh ayah Putri tadi berjudul Si Raja Tidur, sebuah cerita rakyat Bengkulu terdapat dalam buku Cerita Rakyat 33 Provinsi dari Aceh sampai Papua oleh Dea Rosa, diterbitkan Indonesia Tera (2007) setebal 176 halaman.