Senyumlah di Sore Hari

Lelaki 30 tahun yang murah senyum itu bernama Tuji. Pekerjaan utama sebagai  asisten pribadi Mas Bangun. Ini bukan sembarang nama, Bangun singkatan dari Bambang  Untu (gigi) seorang ahli pergigian – di kartu namanya, ditulis Techniker Gigi. Dua tahun sudah Tuji bekerja di tempat praktek Mas Bangun.

Tugas Tuji (kata temannya : yen mingkem metu siji) selain sebagai asisten, ia mencatat administrasi termasuk menerima pembayaran dari para pasien. Tuji termasuk orang yang tekun. Apapun yang dilakukan oleh Mas Bangun ia pelajari karena ia ingin mewarisi ilmu yang dimiliki Mas Bangun, syukur-syukur bisa membuka praktek sendiri nantinya.

Mas Bangun adalah jebolan FKG UNTUMU (Universitas Tugu Muda), meskipun DO pada semester lima. Ia keluar hanya karena tidak punya biaya. Tapi obsesi untuk menjadi dokter gigi tetap menyala-nyala dalam dadanya dan itu ia salurkan pada pekerjaannya sekarang ini. Awalnya Tuji tidak tahu latar belakang pendidikan Mas Bangun. Setiap ia berhadapan dengan pasiennya, Mas Bangun selalu menggunakan istilah yang tidak umum, yang tidak pernah didengar oleh Tuji seperti enamel, dentine, pulp, gum, cementum, bone, blood vessel, nerve dan mbuh apa lagi yang bikin mumet Tuji.

Ruang praktek Mas Bangun tidak begitu besar, kira-kira sembilan meter persegi. Di dindingnya dipasang cermin yang cukup besar, di sebelahnya ada gambar profil gigi yang sudah usang, kemudian di dinding belakang meja kerjanya tertempel poster grup band Gigi dengan Armand Maulana yang sedang memegang mic. Tuji pernah penasaran dengan poster itu dan bertanya langsung kepada Mas Bangun dan dijawab, “Tukang gigi ya harus band Gigi yang menjadi idolanya!” Tuji cuma membatin saja, kalau tukang gali kubur apa ya harus mengidolakan band Kuburan?

Hari ini Mas Bangun tidak praktek, karena sakit gigi. Gerahamnya bengkak. Ia minta Tuji untuk tetap membuka tempat praktek, agar tidak mengecewakan pelanggan. Kata Mas Bangun, ini kesempatan Tuji untuk mempraktekkan kemampuannya tanpa didampingi sang Techiker Gigi. Tuji menerima amanah tersebut meskipun dengan hati yang was-was.

Ketika ia sedang beres-beres ruang praktek terdengar uluk salam dari luar. Ah, ada penglaris datang. Tuji menyambut pasien pertamanya dengan sangat ramah.

“Ada yang bisa saya bantu, mbak?” tanya Tuji setelah menanyakan biodata pasien.

“Anu, saya mau melapisi emas gigi depan. Bisa?” kata pasien.

“Oh.. bisa..bisa… itu salah satu spesialisasi kami. Silakan duduk di kursi ini!” jawab Tuji mantap. Ia pun segera mempersiapkan peralatan dan bahan-bahannya. Setengah jam kemudian selesai sudah pekerjaannya.

“Coba deh ngaca… mbak pasti makin cantik ketika tersenyum nanti,” kata Tuji sambil menghadapkan kursi ke arah cermin. Pasien tersenyum puas.

Setelah menerima pembayaran, Tuji menghunjamkan pujian, “Senyum mbak akan makin menawan di sore hari. Sinar mentari akan memancarkan kilau indahnya dari gigi mbak yang berlapis emas itu. Sore hari banyaklah tersenyum, dunia akan bernyanyi untukmu.”

Tidak lama kemudian datang tiga orang laki-laki setengah baya. Dilihat dari penampilannya, satu di antaranya sepertinya menjadi bos mereka.

“Silakan, bapak-bapak… “ sambut Tuji.

“Gini mas, kami semua mau masang gigi palsu. Nanti teman saya yang dua ini saya yang bayar,” kata si bos.

“Hmm.. bapak baik banget, mau bayarin temen-temennya..” tukas Tuji sambil mencatat data pasien.

“Lah.. iya.. mereka saya traktir pasang gigi, masing-masing satu. Maklum, baru tembus proyek.. ha..ha…!” lagak gayanya memang seperti bos.

Dan dengan cekatan, satu per satu para pasien itu digarap oleh Tuji. Aha! Tuji sudah pantas jadi techniker gigi rupanya.

Tips: Banyak jenis gigi palsu yang ditawarkan, ada yang bisa dilepas dan dipasang oleh pasien, ada pula yang tidak dapat dilepas/dipasang oleh pasien. Pilih gigi palsu sesuai dengan kondisi kantong Anda!