SBY, Presiden yang suka menyanyi dan berpuisi

Judul: Pak Presiden Menyanyi • Penulis: Yapi Tambayong • Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia (Januari, 2011) • Tebal: 302 halaman.

Bung Karno, Presiden pertama RI menggagas suatu bentuk ‘lagu popular Indonesia’ dengan semangat peperangan. SBY, Presiden keenam RI, mewujudkan suatu ‘lagu pop Indonesia’ dengan semangat perdamaian. Berdasarkan asumsi itulah Yapi Tambayong a.k.a Remy Sylado mengkaji karya musik SBY dengan apresiasi semadyanya, bentuk apresiasi dengan menempatkan keberadaan SBY sebagai pencipta lagu tanpa mengaitkan dirinya sebagai presiden yang berkuasa. Dengan ungkapan lain, SBY ditaruh di antara nama-nama pencipta lagu pop pada peta sejarah musik pop Indonesia.

~oOo~

Sebuah lagu yang baik lirik maupun musiknya dikerjakan bersama SBY dan Ebiet G. Ade adalah “Mengarungi Keberkahan Tuhan”, dinyanyikan oleh Ebiet G. Ade. Lagu ini ditata oleh Poerwatjaraka, disertai dengan seksi gesek oleh Onnie cs, gitar akustik oleh Iyus, serta bedug inggris oleh Hentriesa.

Dalam mengantarkan catatan lirik lagu ini SBY menulis, “Dengan berkah Tuhan, saya berulang tahun 9 September 2007 di Negara Kangguru, Australia. Setelah mengakhiri kegiatan pertemuan puncak APEC yang sangat padat, dan sesaat sebelum meninggalkan Sidney kembali ke tanahair, saya abadikan rasa syukur dan doa saya kepada Yang Maha Kuasa dalam lagu yang bernafaskan doa dan harapan tersebut. Pada saat akhir, lagu ini mendapat sentuhan; baik lagu maupun liriknya oleh Maestro kita Ebiet G. Ade.”

Wah, SBY menghormati orang pop dengan sebutan ‘maestro’, sesuatu yang menunjukkan apresiasi yang luar biasa terhadap kemasyhuran sosok pop – tetapi barangkali cuma bisa dimerngerti oleh seorang Suka Hardjana yang berpengalaman sebagai ‘orang Jawa yang menjadi dosen musik di Jerman dan Amerika’ – karena kata Suka Hardjana dalam ingatan saya yang terus membekas: “Orang-orang pop itu bodoh-bodoh, tetapi ditresnani Gusti Allah, makanya sugih-sugih, tidak seperti sarjana-sarjana musik yang belajar musik angel-angel, dan tetap saja kere-kere.” (hal 60)

Kata-kata dalam lagu “Mengarungi Keberkahan Tuhan” setidaknya merupakan contoh karya SBY yang menunjukkan kesalehannya.

Sungguh khidmat
Hari ulang tahunku
Aku bersyukur ke hadirat Illahi

Tunjukkanlah arah
Jalan yang terbaik
Berlayar menuju pantai tujuan

Walau aku jauh di negeri seberang
Aku berdoa dengan penuh harapan
Kuatkan hati
Teguhkanlah iman
Bekal hidup menjemput masa depan

Hidup takkan pernah sepi tantangan
Menguji kesabaran kita
Hidup takkan pernah putus cobaan
Kita mesti tetap tegar bertahan

Mari kita lanjutkan
Tugas dan pengabdian
Mengarungi keberkahan Tuhan
Mensyukuri kemurahan Tuhan

Tak kalah menarik, sebagai musikus Yapi Tambayong memberi kita wawasan cukup luas mengenai sejarah musik pop di Indonesia beserta konsep-konsep di balik lahirnya aliran musik yang telah mendunia tersebut.

Dari kacamata sejarah, kedua istilah tersebut, ‘lagu populer’ dan ‘lagu pop’ memiliki ciri-cirinya sendiri. Karena itu, bahasannya di sini dibedakan. Dengan ini sekaligus diingatkan bahwa seharusnya orang tidak dengan gampang – seperti yang dilakukan oleh KBBI – menyejajarkan ‘seni pop’ dan ‘seni popular’. Sebab, masing-masing lema mewakili sejarah yang berbeda (hal 23).

~oOo~

Sebagai penyair dan pencetus gerakan Puisi Mbeling, Remy Sylado juga mengkaji puisi-puisi SBY, sebagaimana terkumpul dalam dua buku puisinya, Taman Kehidupan dan Membasuh hati – yang masing-masing diberi pengantar oleh KH Mustofa Bisri dan Putu Wijaya. Perhatikan puisi SBY yang berjudul Reformasi Tidak Mati:

Reformasi!
Bergema di seluruh negeri
Di pasar modal, ruang seminar dan televisi
Di gedung bundar, jalanan dan depan tangsi
Reformasi sampai mati!

Masa lalu dibenci
Perombakan dipuji
Potong satu generasi!

Hadir di negeriku, semangat dan cita-cita tinggi
Untuk perubahan dan koreksi diri
Agar esok lebih baik dari hari ini
Dan tidak menjadi kaum yang merugi
Pandai belajar dan mawas diri
Dan tidak terjatuh lagi

Lima tahun kita lalui, di liku-liku transisi
Di alam keniscayaan bertaut mimpi
Di lorong kesadaran bersimpang emosi
Datang petani padi, si kaki lima dan penarik taksi

Bertanya lantang dalam sorak-sorai
Mana hadiah reformasi?
Kegoncangan, darah dan api?
Di ujung masa depan yang tak kumiliki?

Meski mataku terpejam, hatiku terus berlari
Kuhampiri mereka, kusapa dan kubisikkan dalam hati
Reformasi tidak mati
Tapi tak boleh lepas kendali
Dan tak boleh dimanipulasi
Apalagi dikhianati

Hmm, senang juga ya punya presiden yang suka menyanyi dan berpuisi.