Sawitri mengejar nyawa suaminya (3)

Sayup-sayup suara Sawitri masih didengar oleh Yamadipati. Diam-diam ia mengagumi istri Bambang Setiawan yang begitu tegar melewati panasnya api neraka. Sebagai dewa penjaga neraka sekaligus pencabut nyawa, bara api neraka serasa sejuk-sejuk saja. Selain itu – tentu saja – ia juga mengagumi kesetiaan Sawitri kepada suaminya. Tidak seperti istriku, gumam Yamadipati.

Anak keenam Batara Ismaya dengan Dewi Kanastri itu teringat kepada istrinya yang bernama Mumpuni, bidadari kahyangan yang dijodohkan oleh Batara Guru untuknya. Dewi Mumpuni – demikian nama lengkapnya – adalah bidadari yang sangat jelita. Yamadipati yang buruk rupa sangat beruntung mendapatkan Mumpuni. Berbeda dengan Mumpuni yang dengan sangat terpaksa menjadi istri Yamadipati.

Syahdan, Yamadipati pergi untuk waktu yang cukup lama melaksanakan tugas mencabut nyawa. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Mumpuni keluar rumah mencari suasana yang menyegarkan hatinya. Di suatu tempat ia bertemu dengan Nagatamala, pemuda tampan anak lelaki Sanghyang Antaboga sang dewa penguasa bumi.

Jatuh cinta pada pandangan pertama.

Perjumpaan yang tanpa disengaja itu membuat gelisah Mumpuni pada hari-hari berikutnya. Rasa kangen kepada Nagatamala sungguh menyesakkan dadanya. Ternyata demikian juga yang dirasakan oleh Nagatamala. Kedua makhluk berlainan jenis itu saling cinta dan memendam rindu.

Maka terjadilah perselingkuhan jiwa pada keduanya yang selanjutnya menjadi selingkuh raga. Entahlah, jalan keduanya untuk bertemu begitu mudahnya. Hingga akhirnya Yamadipati kembali dari tugasnya.

Belum sempat beristirahat, Yamadipati dikejutkan oleh permintaan istrinya. “Aku minta cerai, sebab dari awal aku nggak mencintaimu!”

Betapa terkejut Yamadipati mendengar tuturan Mumpuni yang lepas begitu saja dari mulutnya. Diam sejenak. “Oke, aku ceraikan kamu!”

Aku rela melepas Mumpuni menjadi istri Nagatamala.

Tanpa ia sadari Yamadipati sampai di neraka tingkat paling atas, tempat manusia yang dosanya nggak begitu berat. Ia duduk di sebuah batu. Nyawa Setiawan yang ia ikat dengan tali tambang itu ia taruh di dekat kaki kirinya.

“Pikulun, sekali lagi saya mohon dengan sangat kembalikan nyawa suami saya.” Tahu-tahu Sawitri sudah berada di dekat Yamadipati, terjatuh dan pingsan.

Hati Yamadipati iba. Dewa yang sangat ditakuti oleh semua makhluk itu meneteskan air mata. Sawitri, perempuan ini betapa setia kepada suaminya. Rasa cinta dan kesabarannya mengalahkan sakit yang ia derita. Duh, seandainya aku diberi kuasa mengembalikan nyawa Setiawan kepada raganya tentu Sawitri akan bahagia. Yamadipati ber-eka wicara.

Terdengar suara dari kahyangan, “Yamadipati, ingsun izinkan kamu mengembalikan nyawa Setiawan!

Yamadipati membangunkan Sawitri. Ia mengajak Sawitri kembali ke dunia untuk menemui Bambang Setiawan.

Tancep kayon!