Satron #2

Paijo duduk di sofa. Ia mencoba menyalakan televisi, namun ia mengurungkan niatnya itu. Ia tak boleh terlena. Ia ingin melanjutkan aksinya.

Akhirnya ia mendapatkan beberapa barang berharga seperti laptop dan kamera DLSR. Di dekat meja setrika ia mendapati kantong londre, yang ia manfaatkan untuk menaruh barang-barang hasil curian.

Ia pun segera mengontak temannya supaya segera menjemputnya di depan rumah Lik Sukar. Paijo hilir mudik di garasi, gelisah menunggu kedatangan temannya.

***

Sepasang mata milik seorang lelaki mengamati perilaku Paijo yang gelisah menunggu temannya. Ia mengintai semenjak Paijo masuk rumah Lik Sukar lewat atap rumah. Ia tak mau ambil resiko, kuatir kalau Paijo membawa senjata dan menembak dirinya.

Paijo terkejut ada orang yang memergokinya. Spontan ia bertanya kepada sang pengintai: apakah ada tukang bakso yang lewat?

Sang pengintai semakin yakin kalau yang berada di rumah Lik Sukar, bukan keluarga Lik Sukar, tetapi maling. Diam-diam ia menghubungi para tetangga untuk rame-rame mengepung Paijo.

Syahdan, sepuluh orang telah siap mengepung Paijo. Mereka meneriaki Paijo sebagai maling. Banyak orang yang datang membuat Paijo panik. Ia kembali ke dalam rumah, berlari ke lantai 2, kemudian meloncat tembok. Ia kabur melalui jalur masuknya tadi.

Lalu, dari kejauhan terdengar raungan sepeda motor.

Ia kabur tanpa sempat membawa barang-barang yang telah ia masukkan ke kantong londre. Barang-barang tersebut tercecer di beberapa tempat karena ia belum sempat menutup kantong londre dengan sempurna.

Tengah malam terjadi keributan seperti itu membuat orang penasaran dan keluar rumah masing-masing. Untuk menuntaskan rasa penasaran, mereka rame-rame memasuki rumah Lik Sukar.

Ketika pak pulisi datang untuk olah TKP, kondisi rumah sudah tidak dapat diidentifikasi. Sudah banyak jejak kaki dan tangan orang, bahkan ada yang kreatif memindahkan dan mengumpulkan barang-barang yang tercecer di satu tempat.

***

Lik Sukar memonitor situasi rumah dari JOG, setelah mendapatkan telepon dari tetangganya. Esok paginya, Lik Sukar sudah sampai di rumah.

Ia mengidentifikasi situasi rumah, kemudian memanggil tukang untuk memperbaiki pintu yang rusak.

Ada satu pelajaran yang diambil Lik Sukar dari insiden tersebut adalah jangan pernah memasuki rumah orang lain tanpa izin, sebab ternyata hal tersebut begitu menyakitkan bagi pemilik rumah. Apalagi perbuatan tersebut disertai dengan mencuri hartanya.