Sambut 17-an

Ini perkara menyambut HUT RI atawa yang populer disebut dengan 17-an. Apakah zaman reformasi ini telah melunturkan rasa nasionalisme kita? Saya merasakan dalam sepuluh tahun terakhir ini, greget masyarakat dalam menyambut datangnya HUT RI nggak gayeng-regeng lagi.

Dulu, setidaknya pada bulan Juli sudah ada tanda-tanda bakal ada kemeriahan peringatan HUT RI. Panitia aneka lomba 17-an sudah terbentuk, bahkan pertengahan Juli sudah dimulai babak penyisihan lomba-lomba yang dipertandingkan. Nanti di puncak acara dilakukan pentas seni sekaligus pembagian hadiah bagi pemenang lomba.

Begitu memasuki bulan Agustus, masyarakat bergotong royong membuat gapura bertema HUT RI di ujung jalan. Gapura akan dibuat seindah dan se-nyentrik mungkin, jangan sampai kalah dengan penampilan gapura tetangga sebelah. Ada gapura megah yang dihias dengan patung pejuang kemerdekaan atawa yang sederhana dibuat dari bambu, sementara tulisan angka 17-08-45 ditulis di tampah/nyiru yang dibalik. Bagi desa/dusun yang sudah punya gapura permanen, mereka akan melakukan permak ulang terhadap penampilan sang gapura. Pokoknya, keberadaan gapura tersebut harus membuat bangga para warganya.

Selain gotong-royong membuat gapura, para warga juga mengecat pagar (baik pagar bambu atawa pagar tembok) dengan warna putih. Mengecat dengan kapur pun tak apa, yang penting pagar nampak kinclong kembali. Pohon-pohon yang menjadi pagar akan dipangkas agar terlihat rapi.  Tak luput jalan-jalan dan selokan juga dibersihkan warga.

Nanti, seminggu menjelang tanggal 17, setiap rumah mulai memasang bendera merah-putih. Bagi yang punya umbul-umbul akan dipasangkan di depan rumah mereka, mendampingi sang merah-putih. Bendera merah-putih dari kertas atawa plastik yang berukuran kecil akan ditarik dari tiang ke tiang atawa dari pohon ke pohon, menambah semarak suasana desa yang sedang menyambut datangnya 17 Agustus.

Setiap orang akan merasa bersalah jika telat memasang bendera merah-putih di depan rumah.

~oOo~

Zaman telah berubah. Suasana gotong-royong menyambut 17-an makin jarang ditemukan. Bahkan, sekedar memasang bendera merah-putih pada tanggal 17 Agustus tidak dilakukan. Tak ada rasa bersalah lagi. Tak ada yang menegur. Tak ada sanksi.

Ini zaman reformasi!