Rupiah licin

Salah satu tradisi menjelang lebaran adalah menukar uang. Bukan menukar dengan kurs asing, namun menukarnya dengan uang licin, uang yang sama sekali baru sekaligus urut nomer serinya. Memang sangat berbeda rasanya ketika memegang uang lusuh dan uang yang masih baru. Tentu saja lebih enak yang masih kinyis-kinyis.

Sayangnya, uang baru tersebut tak lama umurnya sebab salah kita memperlakukan rupiah. Ia akan menjadi uang yang lecek tersebab oleh cara memperlakukannya yang salah seperti disteples, dilipat, atawa dicoret-coret. Bahkan ada yang lebih mengerikan, sudah lecek, sobek di ujungnya, terbelah dua lalu disambung dengan selotip warna hitam. Grrrr..!!!

Rupiah adalah simbol kedaulatan bangsa Indonesia.

Sumber uang lecek bin kumal berasal dari beberapa tempat. Misalnya saja pasar. Uang dari pasar, selain lecek juga kadang basah karena penjual menaruh kotak uangnya dekat dengan dagangannya yang memang basah. Juga uang yang dipegang tukang parkir. Sama leceknya. Uang baru yang langsung jadi lecek juga bisa kita temukan, terutama pada saat transaksi bayar tol. Petugas tol sengaja melipat-lipat lembaran rupiah baru untuk memudahkan transaksi pembayaran. Nilai nominal lipatan misalnya per 1500-an, per 3500-an, dan sebagainya. Uang koin 500 rupiah berada di dalam lipatan.

Bicara uang koin. Sayang sekali, uang koin seperti nggak dihargai sama sekali. Banyak orang malu menggunakan koin untuk transaksi pembayaran. Kalaupun terpaksa menggunakan koin, didahului dengan kalimat seperti ini, “maaf ya pakai receh.”

Konon, Bank Indonesia mencetak uang koin sangat banyak, namun herannya pada transaksi-transaksi di lapangan uang koin terasa langka. Tak heran, jika uang kembalian menggunakan permen. Eh… eh… eh… permen kok dipakai untuk transaksi jual-beli.

Pada tanggal 1 Januari 2014 ketika mulai diberlakukan redonominasi 1000 Rupiah menjadi 1 Rupiah, uang koin akan akrab dengan kehidupan sehari-hari kita.  Pada dasarnya, nanti Rp 1 akan setara dengan 100 sen.

Itulah saatnya kita mengembalikan kedaulatan Rupiah. Rawat ia dengan sebaik-baiknya, setidaknya dengan tidak melipatnya, tidak men-staplesnya, atawa tidak mencoretnya.

Seperti kita memperlakukan lembaran Dollar itu loh.