Reunian: tukang gambar peta

Salah satu tujuan saya ke Jogja kemarin untuk menghadiri acara reuni bersama teman-teman kuliah di GE 86. Rencana berada di Jogja semalam saja akhirnya saya perpanjang semalam, sebab acara reuni berlangsung hingga malam hari.

Acara reuni selalu saja membahagiakan hati. Berkumpul kembali dengan teman-teman sekolah sembari mengenang masa lalu sangat mengasyikkan. Pertemuan enam jam berasa sangat singkat.

Keakraban GE 86 terasa beda, sebab di waktu kuliah dulu kami sempat melaksanakan Praktek Kerja Lapangan/PKL sebanyak 6 kali, ini rekor dibandingkan dengan angkatan lain. Bahkan, konon katanya, GE angkatan-angkatan baru sekarang ini hanya melakukan PKL 3 kali saja.

Tempat PKL yang dituju, selain di sekitaran DIY kami pernah PKL ke P. Bali (seluruh pulau kami kelilingi), Tulungagung dan Purbalingga. Masing-masing PKL punya tema-tema khusus sehingga kami seangkatan yang berbeda jurusan/prodi pernah mempelajari jurusan/prodi yang lain. Tak heran jika lintas jurusan/prodi kami saling mengenal satu dengan lainnya.

Kebanyakan teman yang datang ke acara reuni kemarin, baru 25 tahun kemudian bertemu dengan saya. Sementara, reuni 5 tahun lalu saya tidak bisa datang. Tak heran, banyak teman yang pangling bertemu saya. Bagaimana tidak bikin pangling, sebab sekarang tubuh saya gempal, rambut dibabat habis dan tiada berkumis. Penampilan saya ketika masih kuliah: kurus, rambut panjang-ikal mayang dan berkumis.

Karena sedang mengenang masa-masa kuliah, maka untuk sementara topik pembicaraan perkara pekerjaan ditabukan. Saya dahulu dikenali oleh teman-teman sebagai tukang gambar peta. Bisnis kecil-kecilan saya waktu itu bernama Guskar Mapping. Banyak lampiran gambar peta dalam skripsi mereka (bahkan kakak angkatan) saya yang menggambar. Ongkosnya sesuai kantong anak kos.

Saking banyaknya pesanan peta – sementara saya sudah lulus kuliah dan ingin mencari pekerjaan di luar Jogja – saya mengajari salah satu adik saya (yang ketiganya kebetulan tinggal satu kamar kos dengan saya) bagaimana cara membuat peta dengan kaidah Kartografi. Lah, teman-teman saya kok tetap meminta saya yang menggambar petanya, maka terpaksa saya menunda cukup lama untuk merantau keluar Jogja. Cerita ini muncul kembali di acara reunian kemarin.

Sekarang saya tak pintar lagi menggambar peta.