Rencana invasi ke Wirata

Kabar tewasnya Letjen Kicaka yang dibunuh secara keji oleh raksasa suami Sairandri segera menyebar seantero negeri Matsya. Sebagian rakyat gelisah dan takut jika sewaktu-waktu suami Sairandri mengamuk dan membunuhi banyak orang.

“O aku tak bisa bayangkan bagaimana suami Sairandri nanti mengamuk hanya gara-gara ada lelaki yang memandang atawa melirik istrinya itu,” kata seorang lelaki di sebuah warung kopi.

“Benar, aku juga kuatir seperti itu. Siapapun tidak ada yang bisa menyanggah kalau paras Sairandri memang sangat cantik dan menawan. Mana tahan aku kalau berjumpa dengannya?” timpal temannya.

“Jadi bagaimana dong?” tanya lelaki pertama.

“Oke, kita menghadap Permaisuri Sudesha supaya beliau sudi mengusir Sairandri dari negeri ini,” usul temannya.

~oOo~

Sudesha memanggil Sairandri, setelah beberapa tokoh kerajaan menghadap kepadanya. Ia setuju dengan usul para tokoh untuk mengusir Sairandri.

“Sairandri, dengarkan perkataanku. Kamu tiada salah apa pun aku panggil ini. Aku tahu, kamu perempuan berbudi pekerti luhur. Tidak hanya parasmu yang elok, jiwamu pun tak kalah indahnya. Aku sangat senang kamu melayaniku selama ini. Jadi begini… ,” Sudesha menghela nafas sebelum melanjutkan kalimatnya.

“Jadi, cukup bagimu mengabdi di negeri ini dan aku minta dengan sangat agar kamu segera meninggalkan negeri ini. Sekali lagi, ini bukan perkara kamu melakukan kesalahan,” hati Sudesha terasa sangat plong.

“Ampun, permaisuri. Berikan hamba waktu barang sebulan lagi mengabdi di sini. Dalam waktu sebulan ini, suami hamba sedang menyelesaikan suatu tugas penting dan setelah selesai nanti ia akan menjemput hamba. Suami hamba pasti akan sangat berterima kasih kepada Raja Wirata yang telah berbaik hati menerima pengabdian hamba,” Sairandri menghaturkan sembah.

Sudesha menghela nafas lagi. Ia mendengarkan penuturan Sairandri dengan tekun. Pikirannya membayangkan jika ia menolak keinginan Sairandri bisa-bisa suami Sairandri akan mengobrak-abrik istana. Maka, Sudesha mengabulkan keinginan Sairandri untuk tetap bisa tinggal di istana sebulan lagi.

~oOo~

Di Kerajaan Hastina Duryudana gelisah menunggu laporan para telik sandinya. Mereka telah disebar oleh Duryudana untuk mendapatkan kabar mengenai keberadaan Pandawa. Maklum, ini sudah memasuki tahun ketiga belas, di mana Pandawa menyelesaikan masa pengasingannya.

Datang seorang telik sandi dan langsung menghadap Duryudana. Ia melaporkan bahwa ia tidak mengendus keberadaan Pandawa. Telik sandi itu menyimpulkan kalau para Pandawa sudah tewas di tengah belantara hutan. Duryudana tidak percaya begitu saja.

“Hanya begitu saja laporanmu, heh?” bentak Duryudana.

“Ada satu berita lagi, Tuanku. Minggu lalu di tlatah Wirata terjadi pembunuhan terhadap Letjen Kicaka. Ampun, Tuanku,” telik sandi itu menyembah.

“Hah! Kicaka si panglima Matsya itu? Hebat sekali orang yang bisa membunuhnya,” ujar Duryudana.

“Benar, Tuan. Kicaka dibunuh hanya karena persoalan perempuan. Dan kebetulan, suami perempuan itu raksasa sehingga dengan mudah bisa membunuh Kicaka,” kata telik sandi.

Duryudana mengangguk-angguk. Dalam hatinya berkata Kicaka sang panglima yang hebat itu hanya ada dua orang yang bisa membunuhnya, salah satunya Bima.

“Hmm… Bima masih hidup. Berarti saudara lainnya pun masih hidup, termasuk Drupadi,” Duryudana bergumam.

~oOo~

Keesokan harinya, Duryudana mengumpulkan kerabat Kurawa. Ia merencanakan menyerang Wirata. Alasan utamanya adalah menjajah Wirata, karena selama ini Wirata tidak mau menjalin hubungan diplomatik dengan Hastina. Alasan yang tersembunyi, ia akan memburu Pandawa. Jika nanti tidak ditemukan Pandawa, tak jadi soal karena Wirata pasti akan jatuh ke tangan Kurawa.

Semua kerabat Kurawa menyetujui rencana Duryudana, termasuk Susarma Raja Trigata kerajaan bawahan Hastina. Ia merasa dendam dengan Kicaka, dan kini saatnya ia membalaskan sakit hatinya dengan menyerang Wirata. Disepakati, Susarma bersama prajuritnya menyerang Wirata dari arah selatan, dan Duryudana dari arah utara.

Syahdan, Duryudana harus menunda rencana invasi ke Wirata. Baru saja ia menerima kabar duka, salah satu burungbesi milik maskapai penerbangan PT Emprit Airlines jatuh di perairan utara Hastina yang menewaskan seluruh penumpang dan awaknya.

Sebelumnya                                     Sesudahnya