Pakaian adat Jawa dibagi menjadi empat bagian utama, yaitu bagian kepala, tubuh, tubuh bagian belakang dan bagian kaki.
Kali ini saya akan membahas bagian kepala saja.
Bisa jadi semua orang Indonesia mengetahui arti kata ‘mudheng’ (kalau dalam bahasa Jawa, penggunaan huruf ‘dh’ dan ‘d’ akan mempengaruhi arti kata yang sangat jauh). Mudheng atawa mudeng berarti mengerti dengan jelas atau memahami. Kalau Ramudeng? Ya, ora mudeng, tidak paham lah.
Kata kerja mudheng berasal dari udheng, sejenis ikat kepala sebagai pelengkap pakaian adat Jawa bagian kepala, seperti halnya iket/blangkon.
Udheng sendiri berbentuk selembar kain (biasanya batik) yang fungsinya untuk menutup kepala. Cara menggunakannya diikatkan di kepala sedemikian rupa sehingga (fuihh… saya bingung untuk mendiskripsikannya) menjadi penutup kepala. Agar udheng itu tidak mudah lepas, harus diikat yang kencang (lihat gambar). Makna dari ikatan yang kencang ini adalah sebagai manusia sebaiknya mempunyai pemikiran yang kencang (jw, kenceng), tidak mudah goyah-hati. Sedangkan filosofi menggunakan udheng, dimaksudkan agar manusia mempunyai pemikiran yang teguh, mengerti dan memahami tujuan hidup dan kehidupan, sangkan paraning dumadi.
Selain itu manusia seharusnya mempunyai ketrampilan yang dapat memperlancar pekerjaannya dengan didasari pengetahuan yang tinggi (mudengan, gitu deh!). Intinya sih, punya ketrampilan dan profesional, nggak abal-abal.