Proses penulisan sebuah artikel

Sejak mengelola The Padeblogan ini, saya berusaha dapat menyajikan satu tulisan per harinya. Namanya juga berusaha, kadang kala ada bilangan hari tanpa satu artikel pun yang tersaji di blog ini. Alasan paling utama adalah nggak sempat menulis, bukan melulu perkara macet ide. Soal bahan baku ide tulisan sih, ada bejibun di sekitar saya: hal yang sifatnya remeh-temeh pun bisa (sebenarnya) dikemas menjadi satu tulisan yang menarik (versi saya, tentu saja). Nggak sempat menulis berarti memang tak ada kesempatan membuka blog. Ada pekerjaan di dunia nyata yang lebih mendesak.

Tetapi, saban pagi sebelum beraktifitas saya menyempatkan menulis di dashboard seperti layaknya orang melakukan sarapan. Kadang baru mendapatkan tulisan satu alenia mesti jeda dulu. Sering artikel yang belum jadi itu kesusu saya klik publish, sehingga jika Anda sempat membaca artikel tersebut kok cuma sak-upil saja, maksudnya pripun?

~oOo~

Kalau dulu saya suka membuat draft tulisan di word lalu saya pindahkan ke dashboard. Bahkan saya punya stok tulisan agak banyak. Tak jarang, semua draft sudah saya masukkan ke dashboard tinggal di-publish secara terjadual.

Ada juga, tulisan yang sudah saya buat tersebut saya masukkan sebagai draft atawa private. Sewaktu-waktu saya buka kembali, sedikit edit dan publish. Tulisan yang saya simpan itu biasanya termasuk kategori Kawruh, di mana untuk menuliskannya saya mesti ada sedikit upaya riset kecil-kecilan atawa melibatkan referensi tertentu karena saya memprediksi artikel tersebut akan menjadi artikel “abadi” atawa artikel yang sering dibaca oleh pembaca The Padeblogan.

~oOo~

Beberapa kali saya menautkan artikel The Padeblogan dengan artikel di blog lain yang saya baca secara diam-diam.