Primbon Capres-Cawapres 2009

Mencermati berita terjadinya perselingkuhan politik untuk mendapatkan calon ideal capres dan cawapres yang akan bertanding di arena pilpres Juli nanti, akhirnya KPU menerima pendaftaran tiga pasang calon presiden-wakil presiden.  Pasangan yang pertama datang adalah Jusuf Kalla-Wiranto, menyusul Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto, kemudian Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono.

TV di kamar kerja saya on 24 jam, bahkan saya bela-belain menunggu hasil pembicaraan kubu Mega dan kubu Prabowo yang hampir tengah malam mereka mendeklarasikan diri sebagai pasangan capres-cawapres. Hujan deras, petir menggelegar, menyambar antena TV saya, terjadi korslet dan TV pun meledak, dentumannya membuat saya kaget dan jatuh pingsan. Aneh bin ajaib, begitu siuman seolah saya bisa membaca masa depan. Secara telepati saya bisa berkomunikasi dengan Mama Laurent, Ki Joko Bodo, bahkan dengan mBah Marijan. Otak saya penuh dengan memori ketiga pasangan capres-cawapres itu. Rupanya saya telah menjelma menjadi dukun tiban! Ponari jadi dukun tiban karena petir Ki Ageng Sela menyentuh sebuah batu, sedangkan kasus saya petir itu merambati TV saya.

Inilah primbon ketiga pasangan capres-cawapres kita, menggunakan ilmu othak-athik gathuk, Anda percaya syukur nggak percaya ya nggak apa-apa.

  • Dari cara ijab-kabulnya

Ibarat pasangan pengantin, ada satu proses yang harus dilalui sebelum ijab-kabul dilakukan di depan penghulu, yaitu perjodohan. Jusuf Kalla-Wiranto ini kawin  atas dasar cinta yang suci, saling membutuhkan satu sama lain. SBY-Boediono, kawin dilakukan tanpa restu keluarga. Baru menyampaikan nama calon pasangannya saja sudah menuai protes dari kerabat dekat dan keluarga besarnya. Barangkali dengan suatu iming-iming (hanya mereka yang tahu), akhirnya dengan keterpaksaan mereka menyetujui pasangan ini untuk menikah. Lalu bagaimana dengan Megawati-Prabowo? Ini yang disebut dengan kawin paksa. Demi suatu kepentingan, mereka harus kawin. Pembicaraan sangat alot, siapa melamar siapa, hal ini untuk menentukan siapa nanti yang jadi kepala rumah tangganya.

  • Dari cara deklarasinya

Sederhana, itu kesan yang timbul dari acara deklarasi pasangan Jusuf Kalla-Wiranto. Mereka saling memuji keunggulan pasangannya. Mengumbar senyum, foto bersama dengan menggandeng istri masing-masing. Deklarasi SBY-Boediono, dipersiapkan dengan matang, terkonsep, menebarkan pesona dari Bandung Kota Lautan Api dan berbudget lumayan besar. Bahkan, seorang gubernur – yang nyata-nyata sudah menjadi milik publik, didapuk untuk membacakan pernyataan sikap dukungan terhadap pasangan ini. Deklarasi Megawati-Prabowo sungguh tidak terencana dengan baik, terlihat dan terkesan asal-asalan yang penting menyatakan kalau mereka sekarang jadi pasangan capres-cawapres.

  • Dari nama-nama mereka

Jusuf Kalla-Wiranto, mereka menyebutnya menjadi JK-Win. Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono, disebut dengan SBY Berbudi, sedangkan Megawati-Prabowo disebut dengan Mega-Pro.

Kalau mau ke SuraBaYa, naiklah bus PO Berbudi dijamin lebih cepat daripada naik Honda MegaPro, apalagi hanya menggunakan Honda Win.

Masih dari nama-nama mereka. Ambil salah satu unsur nama (bisa bagian depan, tengah atau belakangnya).

Tanya          : Pasangan ini menang apa kalah sih?

Jawab          : Loh, kamu nggak tahu, mereka Kalla(h) To(h)?!

Tanya          : Kalau pasangan ini, kamu mau pilih nggak?

Jawab          : No!!! No!!!

Tanya          : Kalau yang paling cantik ini?

Jawab          : Wow….. Gawat!

  • Dari nomor partainya

Menang atau kalah. JK-WIN diusung partai utama Golkar (23) dan Hanura (1). Kalau digabung 231, artinya kemungkinan dalam pilpres nanti bisa jadi pemenang nomor 2, bisa nomor 3, bisa juga nomor 1. SBY Berbudi diusung partai utama Demokrat (31). Ya, kalau tidak nomor 3, ya nomor 1. Mega-Pro diusung partai utama PDIP (28) dan Gerindra (5), kalau dijumlah 33. Sabar deh, hanya satu kemungkinan : nomor 3!

  • Dari cara pendaftaran ke KPU

JK-WIN, mereka berjalan kaki sekitar 1 km dari kediaman dinas JK. Meskipun jalan kaki, mereka membuktikan yang paling cepat, sejak mulai berkoalisi, deklarasi hingga mendaftarkan diri ke KPU. Lebih cepat lebih baik, katanya. Jalan kaki sungguh tindakan menyehatkan badan, peduli global warming, dan mereka menunjukkan bahwa untuk mencapai kekuasaan harus berkeringat dulu. Pendaftar berikutnya pasangan Mega-Pro, mereka tidak jalan kaki takut dituduh ikut-ikutan pasangan sebelumnya. Mereka menggunakan mobil Lexus (mobil ini kalau dijual dan dibagikan ke rakyat dalam bentuk BLT ada berapa orang yang kebagian ya?). Bagaimana dengan SBY Berbudi? Karena jaraknya jauh, yaitu dari Puri Cikeas, pasangan ini datang dengan kawalan ekstra ketat. Selama perjalanan, pasti menutup jalan sana-sini untuk kelancaran sang incumbent. Kabarnya, kotoran jalanan bekas minuman gelas dan lainnya dibersihkan, termasuk membersihkan pedagang asongan yang berjualan di dekat kantor KPU. Belum-belum sudah mematikan ekonomi kerakyatan ya?

Saya hanya dukun tiban, yang bisa jadi setelah menuliskan primbon ini kesaktian saya musnah, tetapi paling tidak primbon capres-cawapres super ngawur ini sudah terdokumentasikan di sini. Sumonggo kersa!