Piknik ke mall

Kira-kira pada Juni 1998.

Para murid kelas 2B SMP Hegarmanah itu bersorak gembira, ketika wali kelas mereka mengumumkan kalau mereka semua naik kelas dengan nilai yang memuaskan. Mereka juga deg-degan, seperti kebiasaan setahun itu wali kelas akan memberikan kado bagi juara 1 sampai 5.

“Dengarkan ibu. Kali ini ibu tidak hanya akan membagikan kado bagi sang juara, tetapi juga kejutan lain!”

Murid kelas 2b yang berjumlah 23 anak itu diam. Penasaran. Ibu guru menyapukan pandangan ke semua wajah muridnya. Ia tersenyum ketika dilihatnya seorang murid laki-laki yang ingusnya lepas kontrol keluar dari hidungnya. Mungkin karena terkesima oleh kata-kata wali kelas tadi, anak lelaki itu lupa menyedotkan ingusnya kembali ke dalam hidung.

Lima tahun sudah wali kelas mengajar di SMP Hegarmanah, sebuah sekolah di sebuah desa terpencil meskipun sebenarnya jarak dari pusat kota hanya 11 km. Tetapi karena akses ke desa ini cukup sulit – untuk menuju desa ini terhubung oleh sebuah jembatan kayu, tetapi warga lebih senang menggunakan rakit penyeberangan untuk ke desa sebelah, maka kehidupan kota belum menyentuh mereka. Ya, aliran listrik belum masuk desa ini.

Satu persatu sang juara diumumkan oleh wali kelas. tepuk tangan membahana di ruang kelas. Wajah-wajah sumringah sang juara ketika menerima kado dari wali kelas membuat iri teman yang lain. Sebenarnya, kado yang diberikan sederhana saja. Beberapa buku tulis dan peralatan tulis-menulis.

“Nah, ini kejutan ibu. Dengarkan anak-anak! Besok kalian semua akan ibu bawa piknik ke kota!”

“Horee… horee…..!!!!”

“Besok kalian kumpul di sekolah ini jam 8. Perkara biaya tidak usah kalian pikirkan. Tapi, kalian harus minta ijin kepada orang tua masing-masing.”

Sepanjang perjalanan pulang, tak ada topik pembicaraan lain selain rencana piknik esok harinya.

~oOo~

Dua mobil elf terparkir di seberang sungai. Anak-anak mesti menyeberang lewat jembatan kayu untuk menuju tempat parkir kendaraan. Lihatlah penampilan mereka. Ada yang memakai seragam sekolah, ada yang memakai pakaian bebas. Beberapa orang tua mengantar anak-anaknya.

“Hayo siapa yang belum pernah naik kendaraan? Atau siapa yang pernah naik kendaraan tetapi mabuk? Ini ibu kasih antimo.”

Beberapa anak menghampiri ibu wali kelas. Setelah semua siap, berangkatlah mereka ke kota. Jalanan yang tidak mulus, berlubang di sana-sini dan bergelombang membuat perjalanan 11 km terasa lama.

Akhirnya, tibalah mereka di kota.

Tujuan piknik kali ini adalah mall. Bolehlah disebut mall untuk ukuran kota mereka: ada gerai fried chicken, pusat berbelanjaan kebutuhan sehari-hari dan arena bermain. Di parkiran mall, ibu wali kelas mendata anak-anak dan memberikan instruksi ini-itu. Paling penting mereka harus selalu berkelompok.

Pertama, mereka diperkenalkan pemakaian toilet. Lalu, mereka naik ke lantai dua dengan menggunakan tangga berjalan. Beberapa anak ketakutan melangkahkan kaki menginjak anak tangga berjalan. Tak sedikit yang menepuk-nepuk dadanya karena kaget oleh hentakan tangga berjalan.

Pagi itu mall masih relatif sepi, sehingga rombongan SMP Hegarmanah leluasa menjelajah mall. Tentu saja, tingkah mereka menjadi tontonan para pramuniaga dan petugas Satpam mall. Ibu wali kelas membesarkan hati anak-anak supaya tidak minder. Tujuan mereka selanjutnya adalah ke tempat arena bermain di lantai 3. Ibu wali kelas menuju tempat penjualan koin. Masing-masing anak diberinya lima koin, untuk menikmati permainan yang ada.

Riuh rendah suasana arena bermain itu. Dengan kamera saku, ibu wali kelas merekam momen-momen yang dilakukan anak didiknya.  Bagi yang koinnya sudah habis, ia menghampiri ibu wali kelas dan minta diantar membeli koin lagi dengan uang sakunya. Semua riang, semua bergembira.

Menjelang tengah hari, mereka dibawa oleh wali kelas ke taman kota. Di sana acaranya bebas, tetapi wali kelas membatasi mereka tak boleh berada dekat dengan jalan raya. Sebelumnya, mereka menikmati makan siang dengan nasi kotak yang dipasok dari sebuah rumah makan sederhana di pojok taman.

Setelah puas bermain, mereka kembali ke desa. Di sepanjang perjalanan, sebagian besar mereka tertidur di kendaraan. Mungkin sedang mimpi indah, mimpi tentang piknik yang baru saja mereka nikmati.

Menurut Anda, cerita di atas fiksi atawa fakta?