Petruk mantu [4]

Woro Sembadra yang ngidam, Arjuna yang puyeng. Sebagai suami dari banyak istri, keinginan Sembadra saat ngidam kali ini dinilai oleh Arjuna lain dari pada yang lain dibandingkan dengan istri-istrinya. Sembadra minta dicarikan ikan emas bersisik permata. Sebuah keinginan yang sulit jika tak boleh dibilang mustahil.

Arjuna segera menghubungi Kresna untuk minta petunjuk. Kresna meminjami Arjuna sebuah jaring, bukan sembarang jaring sebab terbuat dari benang sutra. Jaring itu dinamakan Jalasutra. Jika tali jaring putus – meskipun hanya seutas saja – maka jaring tersebut tidak berfungsi sama sekali.

Untuk mencari ikan emas bersisik permata Arjuna mengajak Gareng untuk membantunya. Sebagai punakawan kesayangan keluarga Pandawa, Gareng mendampingi majikannya itu dengan senang hati. Sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh Kresna, mereka segera menuju lubuk sungai di tengah hutan.

Tanpa membuang waktu, Arjuna segera menebar jaring. Satu-dua kali, ia tak mendapatkan ikan yang dimaksud oleh Sembadra. Hingga berkali-kali ia gagal menjaring ikan emas bersisik permata. Arjuna putus asa, dan meminta Gareng untuk menebar jaring.

Sial betul nasib Gareng. Ketika ia menarik jaring, talinya tersangkut akar pohon yang tumbuh di pinggir lubuk sungai sehingga membuat jaring tadi berlubang. Gareng ketakutan. Dan betul saja, Arjuna sangat marah oleh kesalahan yang dibikin oleh Gareng tersebut.

Saking marahnya, Gareng didorong oleh Arjuna dan jatuhlah ia ke dalam lubuk sungai yang sangat dalam. Arjuna yang  sedang mangkel segera meninggalkan Gareng sambil menyeret jaring yang telah berlubang itu.

Gareng yang tak pandai berenang megap-megap untuk menyelamatkan diri supaya tidak tenggelam. Dengan susah-payah akhirnya ia bisa berenang ke tepian sungai. Ia lega.

Setelah selesai mengatur nafas, Gareng melucuti pakaiannya yang basah kuyub untuk dijemur. Ketika ia akan menjemur pakaiannya, ia melihat seonggok pakaian di tepi sungai di sisi yang lain. Ia segera menghampiri onggokan pakaian tersebut.

Gareng segera meraih onggokan pakaian dan ia dapat mengenali jenis pakaian seperti itu yakni pakaian kebesaran seorang raja, lengkap dengan mahkotanya.

Raja mana yang siang bolong seperti ini sedang mandi di sungai? Gareng bereka-wicara. Kebetulan sekali jika ndak ada yang memiliki pakaian ini. Aku akan mengenakannya sebagai pengganti pakaianku yang basah kuyub.

Maka, Gareng pun segera mengenakan pakaian yang ditemukannya itu, satu persatu: mulai dari celana panjang, rompi, aksesoris berupa selendang dan gelang, kemudian yang terakhir ia sematkan mahkota di kepalanya. Penampilan Gareng kali ini mirip sekali dengan seorang raja.

bersambung ke Bagian 5