Penghijauan di Tanah Haram: satu pohon, satu kran

Kemarau panjang sedang melanda beberapa wilayah di Indonesia. Petani menjerit kekurangan air pertanian. Lalu, ada kebakaran hutan dan padang rumput. Perilaku iseng pengendara yang membuang puntung rokok di sepanjang jalan tol Jakarta-Cikampek dapat menyulut terjadinya kebakaran rumput kering yang ada di sisi kanan-kiri jalan.

Berton-ton air untuk menyiram taman kota misalnya, tak banyak membantu. Beberapa bagian masih terlihat gersang saja.

~oOo~

Saya jadi ingat negeri Arab Saudi yang gersang karena terdiri dari batu cadas dan gurun pasir, tetapi tanaman tumbuh subur plus taman-taman kota yang terawat dengan baik. Hujan sangat jarang, lalu dari mana tanaman itu mendapatkan pasokan air?

Kalau saya perhatikan ketika berjalan-jalan sekitar kota Jedah, Mekah dan Madinah pada musin haji 2008 lalu, ketiga kota ini banyak ditumbuhi pepohonan dan dibuat taman-taman kota dengan rumput sangat hijau di pinggirnya ditumbuhi bunga-bunga kenikir warna merah dan kuning. Bahkan di padang Arafah yang terkenal tandus itu pun, mulai rindang oleh pohon-pohon yang sengaja ditanam di lokasi itu.

Sejauh mata memandang akan terlihat bukit-bukit batu/cadas, yang mustahil ada tanaman yang bisa tumbuh di sana. Jalan-jalan yang dibuat tentunya dahulu berupa perbukitan yang dipotong dan diratakan.

Ketika pulang dari jumatan di Masjid Aisyah/Tan’im dengan seksama saya perhatikan tanaman-tanaman yang tumbuh di sana, termasuk taman yang terawat rapi di bundaran depan masjid. Amboi, rupanya tanah yang dipakai untuk tumbuhnya tanaman didatangkan dari tempat lain, makanya tanaman bisa tumbuh dan berkembang menjadi rindang.

Lebih rinci lagi saya lihat di sekitar pohon dipasang satu kran air yang secara periodik kran air tersebut akan menyirami tanaman. Satu teknologi yang sangat mahal. Satu pohon satu kran, jadi berapa ribu meter pipa yang dibutuhkan untuk mengalirkan air ke pohon-pohon seantero negeri?

Di Arafah saya lihat juga begitu, satu pohon satu kran. Pohon yang ditanam di areal ini dikenal dengan nama Pohon Sukarno. Konon, pohon jenis mindi ini dibawa oleh Presiden Sukarno untuk ditanam di Arab Saudi.

Pantas saja, negeri kaya raya seperti Arab Saudi ini mampu menyulap tanah gersang menjadi tanah yang subur.

Salah satu larangan bagi jamaah haji yang sedang berihram yaitu memotong, mencabut atawa mematahkan pepohonan di Tanah Haram.