Penangsang untuk ibu

Ketika berada di Jogja, kurang afdol nekjika tidak menyusuri Malioboro. Musim libur sekolah seperti ini di seputaran Malioboro ramai sekali oleh wisatawan anak-anak sekolah dari luar kota. Bus-bus pariwisata memenuhi lahan parkir di utara Malioboro atawa di Alun-Alun Keraton. Beruntung, pas menjelang senja ada parkir kosong di basement Malioboro Mall (MM), sehingga Kyai SX4 dapat ngaso secara nyaman di sana.

Di Malioboro saya bertemu dengan Haryo Penangsang – Adopati Jipang Panolang yang musuhnya Jaka Tingkir itu. Novel ketiga dari Trilogi Penangsang karya NasSirun PurwOkartun yang berjudul Tarian Rembulan Luka (Metamind, Mei 2013) itu menjadi teman saya di sela-sela kegiatan Kika di UGM.

Sekarang rembulan kabangan mengambang di langit Jipang. Bulan bundar sebesar tampah yang terus tertutup gumpalan mega hitam membuatnya tergetar.

Dalam keremangan rembulan kabangan, Sutawijaya menoba mendekat ke arah Penangsang.

Dengan takut-takut ia berjalan dalam gelap yang makin meremang.

Dalam jarak beberapa langkah, ia melihat Penangsang mencoba bangkit dari duduknya. Sementara, darah segar terlihat mengalir deras dari luka di perut Adipati Jipang tersebut. Bahkan, darah yang tak henti keluar itu pun dibarengi dengan sesuatu yang melorot ke bawah. Sebentuk benda panjang keputihan, bergulung-gulung melingkar luka sobekan tombak.

“Usus?” desis Sutawijaya ngeri.

Ia benar-benar melihat usus keluar dari dalam perut Penangsang. Untaian usus terburai yang kemudian memerah bersama darah yang mengalir dari lukanya yang menganga.

Penangsang yang jatuh terduduk mencoba bersila.

Dengan perlahan, usus yang keluar memburai panjang itu dipegangnya. Lalu, ia sampirkan ke belakang, pada gagang keris pusaka Kiai Brongsot Setan Kober.

Sutawijaya terkesima melihatnya.

Namun, Penangsang dengan tenang membetulkan letak usus yang disampirkannya. Tak ada rona kesakitan yang tergambar di wajahnya padahal luka begitu besar dan menganga. (Saya kutip dari halaman 631).

Selalu menarik untuk mengetahui kisah tewasnya Penangsang. Babad Tanah Jawi mencatat, Penangsang tewas oleh Sutawijaya, namun dalam dongeng para pinisepuh kematian Penangsang dipicu oleh terputusnya usus yang disampirkan di kerisnya ketika ia mencabut keris tersebut. Dalam novel Penangsang, mengambarkan kematian Penangsang seperti yang dituturkan dalam Babad Tanah Jawi yakni tombak Sutawijaya yang menghunjam ke jantung Penangsang hingga tembus ke punggungnya.

Jika kemarin saya masih berada di Jogja, hari ini saya sudah berada di Karanganyar dengan membawa Penangsang untuk ibu. Ya, ibu saya di masa tuanya masih senang membaca buku. Dua buku Penangsang sebelumnya sudah dibacanya tuntas. “Critane beda banget karo crita neng Ketoprak,” kata ibu.