Pelangi di Atas Gelagahwangi

Buku Pelangi di Atas Gelagahwangi (PAG) ini saya dapatkan ketika main ke Gramedia Solo Square. Pengarangnya S. Tidjab. Siapa sih yang tidak kenal nama ini. Dulu di era 80an namanya berkibar seluruh nusantara, melalui karya sandiwara radio yang spektakuler seperti “Tutur Tinular” dan “Mahkota Mayangkara” yang mengudara di radio-radio Indonesia.

Kaget juga, ketika lihat sampul bukunya. Kok S. Tidjab membuat novel, soalnya setahu saya dia piawai banget bikin naskah drama radio. Ternyata, PAG ini sebelumnya pernah mengudara sebagai sandiwara radio di tahun 2007. Saya tidak tahu ada sandiwara radio PAG, maklum jarang mendengarkan radio selain i-Radio, Trijaya atau Elshinta, di mana ketiga radio ini tidak ada program sandiwara radionya. Itu pun saya nikmati ketika berangkat dan pulang kantor. Jadi, buku PAG ini versi novelnya.

Buku setebal 704 halaman ini, saya selesaikan membaca sepanjang 3 hari. Selang-seling dengan buku Candi Murca 3-nya Langit Kresna Hariadi (buku ini nanti juga bakal saya ulas di blog ini). Penilaian saya terhadap buku PAG ini, top markotop, meskipun ada sedikit keteledoran editornya, seperti tidak konsistennya satu tokoh (Mpu Janardana) dalam satu percakapan dengan kakaknya (Resi Wiyasa), kadang menggunakan kata “saya” kadang “aku”. Kalau diruntut dari depan, yang benar mestinya menggunakan kata “aku”.

Cerita PAG ini berlatar belakang masa keruntuhan Majapahit dan munculnya kerajaan Islam Demak Bintoro dengan R. Patah sebagai raja pertamanya. S. Tidjab memang piawai meramu cerita fiktif yang berbau sejarah, seperti mencampurbaurkan tokoh-tokoh yang benar-benar tercatat dalam sejarah dengan tokoh-tokoh rekaannya. Novel ini makin gayeng saja dengan adanya bumbu romantisme para tokohnya dan adanya jurus ilmu kanuragan semacam ilmu pukulan Pengracut Sukma dan ilmu Rikma Sidi atau pukulan Rembulan Dingin yang dikuasai oleh mendiang Rukmakarti (istri Resi Wiyasa) yang kemudian diturunkan kepada kedua anak perempuannya, Endang Puspitasari dan Endang Kusumadewi.

Sebagai novel yang menceritakan masuknya pengaruh Islam dalam tatanan masyarakat Majapahit yang saat itu menganut kepercayaan Hindu dan Budha, S. Tidjab mengajarkan kepada kita bagaimana hidup bertoleransi dalam beragama. Dan tak lupa, dia juga menyisipkan dakwah ajaran Islam. Pastinya, saya menunggu novel S. Tidjab selanjutnya, pasti akan seru, seperti halnya novel PAG.