Pageblog!

Lintang Kemukus adalah pertanda buruk. Orang Jawa menyebut komet dengan Lintang Kemukus. Istilah ini sudah dikenal sejak zaman Prabu Jayabaya, ketika raja Kediri (memerintah sekitar tahun 1135 – 1157) itu mendiskripsikan ujud komet yakni Lintang Kemukus iku dawa ngalu-alu ana sisih wetan artinya kurang lebih Lintang Kemukus itu (bintang) yang sangat panjang ada di sisi Timur. Kenapa pertanda buruk?

Syahdan, zaman Raja Airlangga (nenek moyang Prabu Jayabaya) berkuasa di Kahuripan sekitar tahun 1009 – 1042, di wilayah kekuasaannya pernah didatangi Lintang Kemukus. Raja Airlangga gelisah dengan kehadirannya. Dan memang benar, tak lama kemudian datanglah pageblug atawa bencana yang tiada terduga yang menyebabkan ribuan orang meregang nyawa.  Pagebluk tersebut akibat ulah seorang janda dari Girah (ada yang menyebut Jirah) yang sakit hati karena Retno Manggali anak gadis semata wayangnya tak laku-laku untuk dipersunting oleh seorang lelaki. Ibu yang galau itu bernama Calon Arang. Ia menyebarkan teluh ke pelosok negeri untuk menuntaskan sakit hatinya. Orang yang disantetnya tak pandang bulu, siapa pun ia. Pagi sakit, tewas pada sore harinya atawa kebalikannya.

Kemunculan Lintang Kemukus di Bumi Nusantara yang kedua terjadi pada tahun 1965. Banyak orang terhenyak dengan kehadirannya dan bertanya-tanya. Mau ada pageblug apa gerangan? Nanti di triwulan terakhir 1965 sampai awal tahun 1966 terjadi pembantaian massal sesama anak bangsa sebagai kelanjutan peristiwa kelam G 30 S PKI. Aliran sungai menjadi berwarna merah dengan mayat-mayat mengapung di atasnya. Saat itu bahkan orang akan menggali kuburannya sendiri sebelum ia dieksekusi oleh pihak yang lain. Demikian menyeramkan padeblug saat itu.

Pageblug berikutnya datang silih berganti yang pernah mencapai puncaknya di tahun 1998. Lagi-lagi sesama anak bangsa bertikai dan saling membunuh. Lintang Kemukus semakin rajin menyambangi negeri ini – hanya saja, tanpa kewaskitaan mata telanjang tak dapat menyaksikan seringnya Lintang Kemukus bersliweran di atas Garis Khatulistiwa – pageblug yang berujud pun beraneka bencana: banjir, longsor, kebakaran, penculikan, perampokan uang negara, kecurangan pemilu dan masih banyak lagi.

Tak hanya di dunia nyata, di dunia maya terjadi pula peristiwa pageblog atawa pageblug di ranah perblogan yakni semenjak kehadiran Lintang Kemukus berujud Twitter tahun 2006 lalu. Perkembangan para pemuja dan penganut mahzab twiteriyah ini sangat pesat lima tahun belakangan.

Para blogiyah pada berhijrah ke tarekat 140 karakter itu, menelantarkan bahkan mengubur blog-blog mereka. Barangkali memang menjadi tuntutan zaman untuk bertindak praktis dan cepat bahkan untuk mengungkapkan pendapat dan gagasan. Sungguh, hal itu ikut berkontribusi mempercepat punahnya blog.

Apakah pageblog ini akan terus menuntut para Narablog menggali kuburan untuk blog-nya atawa tetap konsisten merawat blog dengan menyajikan tulisan-tulisan bermutu?