Bangun dari tidur panjang

Gino dan Tarman – dua cantrik Padeblogan, tengah thingak-thinguk di depan pintu kamar Kyaine. Hari ini, Jumat Pahing, tepat sebulan Kyaine bertapa dan sebelumnya sudah berpesan kepada keduanya untuk membangunkan dari bertapanya.

“Ini sudah jam-nya belum, No?” tanya Tarman sambil membezuk arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

Wis. Ayo kita ketuk pintu ini!” tukas Gino sambil beringsut mendekati pintu.

Lalu ia mengetuk pintu yang terbuat dari kayu sengon laut itu.

“Kyaine, mohon izin kami mau masuk,” kata Gino yang kemudian mendorong pintu ke arah dalam. Pintu memang tidak terkunci. read more

Mandi kucing

Pada waktu SD dulu, saya jarang mandi pagi. Saya tak ingat alasan utama mengapa tidak mandi. Ritual pagi hanya raup – cuci muka – saja, dan membahasi tangan dan kaki. Kemudian ganti baju dan berangkat ke sekolah.

Waktu itu saya dan teman-teman sekolah belum model bersepatu, masih dengan bertelanjang kaki. Menggunakan sandal (jepit) ke sekolah adalah pamali sehingga pilihan cuma dua saja: bersepatu atau nyeker.

Bisa dibayangkan betapa kusamnya kulit saya. Sudah berkulit hitam ditambah dilumuri daki. Kalau kulit saya terkena garuk, maka akan timbul bekas berwarna putih. Orang Jawa menyebut kulit mbekisak, bersisik. read more

Pungli sehidup-semati

(1)

Pakde No sedang mengantri di KUA. Ia ingin mengurus pernikahan anak perempuannya bulan depan. Berkas yang ia bawa rasanya sudah lengkap, termasuk berkas data calon menantunya.

(2)

O, iya. Sebelum ke KUA, Pakde No mesti urus surat pengantar/keterangan dari RT/RW sampai ke Kantor Desa dan Kecamatan. Semua itu untuk melegalisasi bahwa anak perempuannya benar penduduk di sana.

(3)

Untuk tempat hajat pernikahan anaknya, Pakde No tak mampu menyewa gedung pertemuan. Maka, ia memilih buka hajat di rumah saja, dengan menutup jalan di depan rumahnya. Namun, untuk menutup jalan ia perlu izin kepada instansi yang berwenang. read more