Pagar misterius hasil karya Bandung Bondowoso

Namun, menurut Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) KKP, Pung Nugroho Saksono (Ipunk) belum diketahui siapa penanggungjawab pagar sepanjang lebih dari 30 kilometer itu. [Dari Kompas]

Untuk membangun pagar sepanjang 30 kilometer itu pastinya membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Membuat pagar di daratan saja lama, apalagi di lautan. Apa tidak ada petugas yang melakukan patroli di lokasi tersebut, (kalau ada patroli) setidaknya petugas akan tahu di sana ada hal mencurigakan yakni ada sekelompok orang bikin pagar. Sehingga baru beberapa meter pagar terbangun, petugas bisa menegur sekelompok orang tersebut apakah mereka telah memiliki izin untuk pembangunan pagar di tengah laut.

***

Syahdan,  Bandung Bondowoso seorang raja muda gagah perkasa dan begitu tampan baru saja memenangkan peperangan berhasrat menjadikan Jonggrang, putri mendiang Raja Boko yang telah dibunuhnya, sebagai istrinya. Jonggrang gemetar ketakutan saat Bandung meminangnya. Dalam benaknya yang sedang kusut, dia terima pinangan Bandung tetapi dengan satu syarat: dia akan mau menerima pinangan sang raja muda itu bila 1.000 candi ditegakkan dalam satu malam. Tidak mungkin bagi Jonggrang untuk menampik kehendak seorang lelaki yang kini dipertuan, karena kerajaan ayahnya telah jatuh ke tangan penguasa kerajaan Pengging itu dan dengan demikian berarti dia bukan lagi orang yang merdeka.

Terhadap persyaratan itu Bandung menyanggupinya, dan hal ini sangat mengherankan Jonggrang. Sesuatu pekerjaan yang mustahil dapat dilakukan oleh seseorang, bahkan orang sakti sekalipun.

“Jonggrang, tunggulah di sini, aku akan segera memulai membangun seribu candi seperti yang engkau inginkan!” kata Bandung sambil berlalu meninggalkan Jonggrang yang masih belum percaya atas ucapan Bandung.

”Tuan Bandung…!” Jonggrang ingin mengatakan sesuatu isi hatinya. Tetapi Bandung sudah keburu pergi meninggalkannya seorang diri. Di hati Jonggrang yang paling dalam, dia takjub kepada Bandung kenapa dia tidak memperlakukannya sebagai jarahan perang. Bagaimana  mungkin, padahal Bandung bisa saja memaksanya menjadikan istrinya.

Di tanah lapang, Bandung Bondowoso menyusun batu untuk menegakkan sebuah candi. Berpuluh-puluh, beratus-ratus candi telah terbangun, bahkan sampai lewat tengah malam dia bekerja dengan sangat keras. Aneh sekali, dia tak merasa lelah, apakah ini karena kekuatan cintanya kepada Jonggrang?

Tidak ada waktu untuk merenung. Dihitungnya candi yang telah dia bangun, sudah mencapai 999 candi, kurang satu candi lagi.

Sayup-sayup terdengar suara-suara pagi datang dari jauh. Dia dongakkan kepalanya ke arah ufuk timur, dia tidak melihat warna fajar. Tetapi dia tahu dia telah gagal memenuhi persyaratan Jonggrang. Bandung tidak berhasil menyelesaikan 1.000 candi dalam waktu yang ditentukan.

Tidak lama kemudian, Jonggrang datang ke tempat Bandung membangun candi-candinya. Dia melihat Bandung yang sedang menyelesaikan candi ke-1000.

Jonggrang menghampiri dan berkata, “Tuan, engkau telah gagal. Dengan demikian pinangan tuan pun dengan sendirinya tertolak olehku”.

“Iya Jonggrang, aku sudah berusaha. Ternyata pagi telah datang lebih cepat. Tetapi izinkanlah aku menyelesaikan candi ke-1000 ini, aku tinggal membuat satu arca, yang berwujud dirimu,” kata Bandung sambil mengambil sebongkah batu yang akan dia gunakan untuk membuat arca Jonggrang.

Pahat pun menari-nari indah di batu itu, tak begitu lama bentuk tubuh seseorang telah tampak di sana. Dari kejauhan mata Jonggrang menyaksikan tangan kekar Bandung yang sedang menyelesaikan pekerjaanya. Entah perasaan apa yang sedang bergolak di hati Jonggrang.

Dengan tekun, Bandung mereka-reka bentuk dan rona wajah Jonggrang. Memang ajaib, patung itu bak pinang dibelah dua dengan Jonggrang.

“Dengan kekuatan cintamu Jonggrang, aku telah menyelesaikan maha karyaku”, Bandung bergumam sendirian. Arca Jonggrang diletakkan di candi ke-1000, candi yang paling besar. Ditatap dan diusapnya wajah cantik Jonggrang, keringat di tangannya membasahi arca Jonggrang. Dengan keletihan luar biasa yang dideritanya, Bandung pergi meninggalkan candi. Pagi belum juga menampakkan wujud aslinya.

Bandung enggan berpaling ke belakang lagi, dia mengikuti langkah-langkah kakinya. Dia telah kalah bertaruh dengan egonya untuk memenangkan cintanya.

“Tuan…?!” Jonggrang memanggil Bandung.

Bandung terpana oleh panggilan itu lalu menoleh ke arah Jonggrang yang tengah berlari ke arahnya. Dalam sejurus gerakan tangan Jonggrang meremas jemari Bandung.

“Kekuatan tangan Tuan ini mampu membikin seribu candi dalam semalam. Ada yang membuatku penasaran,” ucap Jonggrang.

Bandung menatap mata putri jelita itu, lalu bertanya, “Apa yang membuatmu penasaran cah ayu?”

“Aku ingin bertanya kepada Tuan, apakah Tuan Bandung yang telah membangun pagar sepanjang 30 kilometer di laut Jawa bagian barat sana? Seluruh rakyat Nusantara pada heran soalnya,” ucap Jonggrang yang berharap mendapatkan jawaban.

Bandung gemas kepada perempuan yang sejak kemarin membuatnya jatuh cinta sejatuh-jatuhnya itu. Dia angkat tubuh Jonggrang dan membawanya lari entah ke mana.