Obat rindu tidak harus bertemu

Lanjutan dari kisah Arjuna mendapatkan tugas baru

Supraba putus asa! Ia segera berkirim kabar ke Bathara Narada di kahyangan kalau misinya gagal. Narada tetap memintanya stand by di Manikmantaka sebab ada Arjuna yang akan menemui dan membantunya mengalahkan Niwatakawaca. Narada tak lupa memberikan informasi ciri-ciri fisik Arjuna dan sandi yang dibawa oleh tengah Pandawa itu.

Supraba keluar dari dapur istana. Ia ingin mencari udara segar di taman belakang sembari mencari inspirasi bagaimana menundukkan Niwatakawaca yang rahasianya telah dipegangnya kini. Belum ada semenit ia tiba di taman, ia dikagetkan oleh sesosok bayangan yang menghampirinya: lelaki tampan.

“Untuk mendapatkanmu bukan seperti bagai punguk merindukan rembulan,” lelaki tampan itu mengucapkan kalimat sandi.

Supraba segera menguasai keadaan, lalu menjawab sandi tersebut, “Obat rindu tidak harus bertemu.”

“Akulah Arjuna!”

“Supraba.”

Mereka berjabat tangan, berkenalan. Lalu segera mencari lokasi yang nyaman dan aman untuk merencanakan mengalahkan kuasa Niwatakawaca. Supraba segera menceritakan kelemahan penguasa Manikmantaka dan upayanya menyelundupkan sebutir gabah yang ternyata sulitnya setengah mati.

Arjuna mendengarkan tuturan Suprada dengan takzim. Ia terpukau oleh kecantikan bidadari kahyangan yang ditaksir berat oleh Niwatakawaca tersebut.

“Kalau begitu, ada cara yang lebih mudah, Praba!” sela Arjuna.

“Bagaimana itu, Jun?” Supraba penasaran.

“Bikin Niwatakawaca tertawa terbahak-bahak. Nanti ketika ia membuka mulutnya lebar-lebar, aku akan membidik langit-langit mulutnya dengan panah Pasopatiku ini!” Arjuna bersiasat.

“Kamu yakin?” Supraba ragu.

Sesungguhnya ada satu kebiasaan Niwatakawaca yang lepas dari pengamatan Supraba bahwa Niwatakawaca tidak pernah tertawa dengan membuka mulut, ia lebih memilih tersenyum. Niwatakawaca menjaga betul kelemahan yang tersimpan di dalam mulutnya itu sehingga untuk sekedar tertawa saja ia mesti hati-hati penuh perhitungan matang.

“Bagaimana aku bisa membikin Niwatakawaca tertawa lepas, Jun?” tanya Supraba.

“Ceritakan sebuah kisah yang lucu!” jawab Arjuna singkat sambil menarik tangan Supraba.

Tiga orang Satpam sedang berpatroli mengelilingi istana. Mata mereka menyapu setiap sudut ruang. Salah satu anggota Satpam menghampiri tempat persembunyian Arjuna dan Supraba.

“Tuan Putri Supraba kah yang berada di situ?” kata anggota Satpam dengan lembut.

Rupanya kain Supraba terlihat dengan jelas oleh anggota Satpam itu, lalu ia melanjutkan kalimatnya, “Tuan Putri diminta menghadap Prabu Niwatakawaca sekarang juga!”

Dengan terpaksa Supraba keluar dari persembunyiannya dan berjalan menuju istana Niwatakawaca. Sementara itu, Arjuna masih ndoprok di balik pot bunga, otaknya diperas bagaimana cara menyelamatkan Supraba sekaligus membunuh Niwatakawaca.

bersambung…