Selama puasa berlangsung, saya relatif tidak mengantuk (berat) saat bekerja di kantor. Tetap segar meskipun harus menahan haus selama lebih dari 12 jam. Saya nggak minum aneka multivitamin atawa minuman energi seperti yang diiklankan di tipi-tipi selama Ramadhan supaya tetap semangat sepanjang hari. Rahasianya: tidur yang cukup (banyak).
Saya bangun untuk kegiatan sahur jam 3 hingga selesai subuhan jam 5. Kemudian saya sambung dengan tidur selama satu jam. Alarm hape berbunyi pas jam 6, saya bangun, mandi dan siap-siap berangkat ke kantor. Kalau jalanan lancar, jam 7 kurang seperempat saya sudah sampai di parkiran kantor. Saya tidur di mobil dengan sebelumnya nyetel alarm jam setengah 8.
Sebetulnya dengan tidur pagi semacam itu saya bisa bertahan nggak ngantuk hingga sore hari apalagi saat pekerjaan padat. Namun, untuk ngecas stamina biasanya jeda istirahat kerja saya pergunakan untuk tidur siang bangsa setengah jam. Bangun-bangun sudah segar kembali.
Selama bulan Ramadhan jam pulang kantor dimajukan menjadi setengah lima. Meskipun pulang jam segitu, tetap saja sampai di rumah pas menjelang waktu berbuka, tapi kadang-kadang masih sempat menikmati kultum menjelang berbuka yang disiarkan para tipi. Habis berbuka, mandi, terus berangkat tarawihan di mesjid blok belakang. Badan yang segar dan wangi tidak membuat mata ngantuk selama shalat tarawih berlangsung.
Pulang tarawih (kalau nggak sedang males) ada sedikit kegiatan tadarusan. Setelah itu biasanya kantuk mulai menyerang mata saya. Maka, saya pun gletakan di depan tipi dan terlelap hingga jam 10-an. Bangun aras-arasen, tetapi ada pekerjaan rutin yang harus saya selesaikan. Nanti, sekitar jam setengah dua belas saya mulai membaringkan badan di dipan dan terlelap hingga alarm sahur membangunkan saya.
Kalau dihitung-hitung, jumlah jam tidur saya di bulan Ramadhan relatif sama dengan jumlah jam tidur di bulan lain.