Nyarap Tamis di Rumah Kanjeng Nabi

Berada di Madinah selama tiga hari terasa sangat cepat berlalunya. Kami – rombongan umroh MQ – pada Minggu, 24 Februari 2013 selepas lohor bergerak menuju Mekkah untuk melaksanakan umroh. Sebagaimana adabnya orang bertamu, kami pun mesti pamit kepada si empunya rumah yakni Kanjeng Nabi.

Shalat di Masjid Nabawi sangat nikmat, apalagi di dalamnya ada Raudhah – taman surga, di mana siapa yang bisa shalat dan berdoa di sana akan diijabah oleh Gusti Allah. Tentu untuk doa yang mustajab, syarat dan ketentuan berlaku. Alhamdulillah, kali ini saya mendapatkan kesempatan melakukan shalat dengan cukup nyaman di Raudhah. Maklum, untuk bisa shalat di tempat yang ditandai dengan karpet warna abu-abu itu mesti memerlukan perjuangan. Antrian berjubel. Saya datang ke sana, dua atawa tiga jam sebelum shalat subuh.

Masjid Nabawi selalu ngangeni. Berada di sana terasa sangat dekat dengan Kanjeng Nabi, apalagi memang di dalamnya terdapat makam Kanjeng Nabi dan dua sahabat terdekatnya, Abu Bakr dan Umar bin Khattab. Selepas shalat dzuhur berkesempatan menyaksikan bergesernya kubah untuk memberikan kesempatan sinar matahari masuk ke dalam masjid dan ventilasi udara, pulang subuhan menyaksikan payung-payung raksasa di halaman masjid mulai bermekaran atawa jika malam hari jutaan watt sinar lampu yang gemerlap membuat semakin anggun menara-menara Masjid Nabawi.

Berbeda dengan ibadah haji yang diberi waktu sekitar 8 – 10 hari untuk berada di Madinah, di perjalanan umroh kali ini hanya tiga hari, sehingga terasa sangat singkat.

Maka, acara pamitan dengan Kanjeng Nabi kami lakukan dengan duduk lesehan di halaman Masjid Nabawi bagian selatan Kubah Hijau selepas shalat subuh. Kami menggelar plastik panjang, lalu duduk saling berhadapan untuk bersama-sama nyarap Tamis. Roti khas Arab yang berdiameter sekitar 30 cm ini bentuknya bulat pipih, terbuat dari gandum yang dibakar di atas tungku. Cara memakannya, Tamis dicowel, lalu dicelupkan/dicocolkan ke  ful – semacam saos (sepertinya terbuat dari kacang merah dengan bumbu-bumbu Timur Tengah). Satu bulatan Tamis dapat dinikmati 3 – 4 orang. Dingin pagi di Madinah menambah nikmat mengudap Tamis. Sesekali menyaksikan Kubah Hijau atawa orang-orang yang hilir-mudik di sekitarnya.

Siang harinya, kami bergerak ke Bir Ali sudah lengkap berpakaian ihrom untuk mengambil miqot umroh. Perjalanan ke Mekkah ditempuh kurang lebih 5 jam.

Wahai Kanjeng Nabi, insya Allah kami akan mengunjungimu kembali.