hanya satu harapannya untuk mengisi
kosong perutnya senin pagi
warung Yu Tumi di kanan perempatan
“Yu, makan kali ini aku utang lagi
mudah-mudahan honor nulisku keluar siang ini”
Yu Tumi tersenyum saja
sudah berbelas kali mendengar alasan yang sama
nasi dan lauk seharga dua ratus lima puluh rupiah
sudah berpindah tangan
ia sarapan begitu lahap
klebengan, jan 1988