Nenek diburu Interpol

Di teras sebuah rumah yang dipenuhi dengan tanaman hias, terlihat seorang kakek yang sedang menikmati kopi pagi. Nanti, setengah jam lagi ia akan berangkat ke kantornya. Sebenarnya ia sudah pensiun, tetapi ia kini punya usaha sendiri. Untuk mengisi waktu luang, katanya. Dari dalam rumah, cucu lelakinya – kelas 5 SD, berlari menghampirinya dan bertanya kepadanya.

“Kek, red notice itu apa sih?”

Red notice itu permintaan penangkapan terhadap seseorang yang ditetapkan sebagai buron atas suatu tindak kejahatan.”

“Loh.. jadi nenekku….???”

“Ada apa Cu? Kok tiba-tiba wajahmu berubah sedih begitu?”

“Gini kek. Barusan aku lihat gambar nenek di tivi di bawahnya ada tulisan red notice. Bukankah kata kakek, nenek lagi berobat?”

“Iya, nenek memang sedang berobat. Tulisan red notice nggak ada hubungannya dengan nenek kamu. Sudah, jangan dipikirkan lagi, sekarang pakai sepatumu. Kakek antar ke sekolah.”

Sang kakek masuk ke rumah dan mencari anak perempuannya. Ia begitu gusar kenapa televisi dibiarkan nyala, sehingga cucunya secara tidak sengaja menyaksikan tontonan berita tentang neneknya.

Di mobil, sang cucu duduk di sebelah kakeknya. Sudah menjadi rutinitas sang kakek mengantar cucu ke sekolah yang hanya berjarak 3 km itu.

“Kakek apa nggak kangen sama nenek? Aku kangen kek, kapan aku bisa ketemu nenek?”

“Loh… bukankah tiap malam nenek menelponmu?”

“Iya sih… tapi aku kangen masakan nenek. Juga kangen dikeloni dan didongeni nenek! Ngomong-omong, nenek sakit apa sih Kek? Kok nggak sembuh-sembuh?”

Sang kakek tercekat, hanya memandang cucu kesayangannya itu. Lalu mengelus rambut sang cucu. Mobil berhenti. Kakek keluar menuntun cucunya hingga gerbang sekolah.

Tak lama kemudian ia masuk mobil dan meluncur ke arah gunung Pangrango. Di sana ada sebuah villa mungil tempat persembunyian istrinya yang saat ini sedang diburu Interpol.