Ngomongin nama-nama Jawa pernah diulas di sini, namun kali ini saya akan mengkhususkan pada nama-nama perempuan Jawa.
Di tataran darah biru, sejak dulu nama-nama perempuan Jawa tidak sederhana karena mengadopsi dari bahasa Sansekerta seperti misalnya Sri Parameswari Dyah Dewi Tribuaneswari, Sri Jayendra Dyah Dewi Pradnya Paramita, Sri Jayendra Dyah Dewi Gayatri, Tribuana Tunggadewi, Sri Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita, dan masih banyak lagi.
Bagaimana dengan nama perempuan di luar istana? Mungkin karena alasan kesopanan dan kesederhanaan, mereka menamakan anak perempuannya dengan berakhiran “em” agar dalam mengucapannya dilakukan secara mingkem, seperti misalnya anak yang lahir di pasaran Pon akan dinamakan Ponikem atawa Poniyem. Kalau pasaran Wage akan dinamakan Waginem atawa Wagiyem. Nama mingkem yang lain: Pariyem, Minem, Sugiyem, Partiyem, Sariyem, Mardiyem, Mardinem, dan sebagainya.
Menyesuaikan dengan perkembangan jaman, nama mingkem mulai berani “terbuka” dan sedikit “genit” dengan mengganti suku kata belakangnya yang semula berakhiran “em” menjadi “ah” seperti Poniyah, Wagiyah, Minah, Sugiyah, Partinah, Suginah, Sarinah, Mardinah, dan sebagainya. Lalu “ah” sebagian bermetamorfosis menjadi “ni” atawa “ti” seperti Poniyati, Wagiyati, Sugiyati, Sarini, Partini, Kayati, Sundari, dan masih banyak lagi.
Kecantikan tokoh wayang juga menginspirasi orang Jawa menamai anak perempuannya dengan tokoh wayang tersebut, seperti Pujiwati, Banowati, Srikandi, Surtikanti, Anjani, Supraba, Utari, Setyawati, Irawati dan sebagainya. Nama tokoh antagonis dalam perwayangan menjadi pamali untuk disematkan bagi anak perempuan Jawa seperti Sarpakenaka (adiknya Rahwana) atawa Dursilawati (anggota Kurawa).
Berikut nama-nama teman saya waktu sekolah yang nJawani: Sri Suwarni, Mulyani, Palupi, Sri Suyamti, Parmiyati, Prasetyaningtyas, Retno, Suwarsih, Bekti Wiryani, Endang Pancawati, Sundari, Sudarsih, Darsi, Padmi Marsiti, Haryati, Rahayu, Tri Utami, Ningsih, Warsini, Winarni, Handayani, Sri Rejeki, Sudarti, Suparni, Sugiyarti, …. siapa lagi ya?
Bagaimanapun, orang tua memberikan nama bagi anak-anaknya merupakan doa bagi mereka.