Naik haji secara nekat

Bisa naik haji ke Tanah Haram adalah idaman setiap muslim. Bahagia rasanya nekjika dapat mengompliti kelima rukun Islam. Sering kita mendengar, ada orang yang begitu dimudahkan berangkat haji, sementara ada juga yang susah atawa mengalami banyak kendala untuk bisa melaksanakan ibadah haji tersebut.

Banyak kisah yang menarik dari perjalanan naik haji seseorang, mulai seseorang yang dihajikan pihak lain, ada yang menabung ongkos naik haji berpuluh tahun hingga akhirnya berkesempatan berangkat haji, ada yang tiba-tiba mendapatkan berkah yang tak terduga sehingga mudah sekali naik haji dan sebagainya. Pun tak jarang kita mendengar orang yang sangat siap naik haji, tiba-tiba tidak jadi berangkat dengan berbagai macam penyebab. Itulah uniknya ibadah haji. Tetapi jika Gusti Allah sudah memanggil, siapa pun tak kuasa menolak atawa ingin membatalkan panggilan itu.

***

Adalah Bahari, seorang wartawan Jawa Pos yang naik haji secara nekat. Konteks nekat di sini adalah ia melakukannya lewat jalur darat (dan laut) hingga sampai di Tanah Haram. Dalam jangka waktu 89 hari, Bahari melakukan adventureligi yang berani, kisahnya menginspirasi, dan menyentuh hati. Kisah Haji Bahari melakukan ibadah haji melalui jalur darat (dan laut) tersebut dapat dibaca di buku yang berjudul Haji Nekat yang ditulis oleh Haji Bahari diterbitkan oleh Pena Semesta (Maret, 2012) setebal 494 halaman + xvii.

***

Bolehlah kalau haji nekat ini disebut sebagai haji backpacker karena ia akan berjalan kaki, naik kendaraan apa pun: angkot, bus, truk atawa naik feri ke penyeberangan, tetapi tidak menggunakan pesawat terbang. Cerita naik haji lewat jalur darat (dan laut) ini memang happy ending, karena Bahari berhasil menunaikan rukun Islam kelima tersebut, meskipun dalam perjalanannya penuh liku-ilku dan pengalaman yang mencekam. Justru di sinilah menariknya kisah haji nekat ini.

Bahari tak melupakan kodratnya sebagai orang Indonesia, berziarah ke makam para wali. Permulaan perjalanan haji darat ini dilakukan pada saat bulan Ramadhan. Ia memulai perjalanan strat dari Masjid Ampel Surabaya dengan melakukan ziarah ke makam Sunan Ampel, lalu ke Gresik mengunjungi makam Syekh Maulana Malik Ibrahim. Masih di kota Gresik, ia juga mengunjungi makam Sunan Giri di Desa Giri Kebomas Gresik.

Selanjutnya, ia mendatangi Desa Drajat Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan untuk berziarah ke makam Raden Qosim atawa Sunan Drajat setelah itu menuju Masjid Agung Tuban untuk menziarahi makam Sunan Bonang. Dengan naik bus, Bahari menuju kota Kudus mengunjungi makam Sunan Muria yang dikenal dengan Raden Umar Said. Makam tersebut terletak di Desa Colo Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. Dari kompleks makam Sunan Muria, ia menuju makam Sunan Kudus (Kanjeng Sosohunan Koedoes Djakfar Sodik – seperti tertulis di depan makam) di kompleks masjid Menara Kudus.

Perjalanan selanjutnya ia berziarah ke malam Sunan Kalijaga di Kadilangu – 2 km dari Masjid Agung Demak. Terakhir, ia mengunjungi makam Sunan Gunung Jati di Desa Astana Gunung Jati Cirebon.

***

Bahari juga menelusuri jejak penyebar Islam di Jambi. Dari Pelabuhan Kuala Tungkal Jambi ia naik feri menuju Batam. Dari Batam inilah perjalanan darat menuju Tanah Haram dimulai.

Perjalanan paling berat ketika Bahari di Myanmar dan Pakistan. Ia sempat ditahan oleh aparat penjaga perbatasan setempat. Pada saat situasi mentok seperti itu, Bahari balik lagi ke Bangkok dan terpaksa harus memulai lagi perjalanannya dari Thailand lalu Vietnam, Tiongkok dan seterusnya.

Ia juga menceritakan suasana di Tibet seperti saat melintasi rel tertinggi menuju Atap Dunia, banyak check point yang dijaga tentara hingga ia kaget saat petugas imigrasi menanyakan kasus Mei 1998. Ketika di India, ia menjadi saksi pertemuan Jamaah Tabligh Sedunia dan menikmati indahnya Taj Mahal. Di Pakistan ia berkisah mengenai: ketatnya penjagaan tentara di mana-mana, Punjab University yang menargetkan 100 doktor per tahun, sumbangan Raja Saudi untuk Masjid Faisal sebesar Rp 1 T, dan ia dicegat polisi lalu diperas Rp 50 juta.

Ia masuk Arab Saudi melalui Oman. Selanjutnya, ia menceritakan ritual haji dan pernak-pernik kisah di sekitar kota Mekkah dan Madinah. Semua diceritakan dengan sangat renyah dan menghibur. Tentu saja membuat para pembaca untuk bisa segera ke Tanah Haram.