Mistik angka 65

Mengapa orang menjadi komunis? Atau setidaknya simpatisan komunis, bersedia menjadi istrinya? Dugaanku, sebagian besar tidak ada urusan dengan Marxisme. Boleh jadi hanya sebagian kecil yang membaca Marxisme – taruhlah yang sebagian kecil itu termasuk ayahku. Dia orang perjuangan. Cita-citanya besar.

Selebihnya kemungkinan lebih sederhana, karena pada suatu ketika panji-panji itu memenuhi sebagian keinginan psikologis manusia yang kompleks; keinginan untuk menjadi non-konformis di kalangan anak-anak muda, keinginan untuk patuh, keinginan untuk memusuhi yang didefinisikan sebagai “setan”, keinginan untuk menjadi berguna, atau bahkan semata-mata keinginan untuk baris-berbaris. Di negeri yang terkena pengaruh Uni Soviet secara langsung sekali pun seperti Cekoslowakia pada masanya, alasan-alasan tadi sepertinya yang beroperasi. Kalau tidak percaya baca sendiri karya-karya Milan Kundera. Makanya ketika komunisme berlalu tak banyak orang merasa kehilangan. Sama pedulinya orang ketika Marxisme makin tak laku. Yang menjadi masalah di negeri ini adalah, waktu itu disertai pembunuhan besar-besaran. Setelah itu, tak ada yang merasa salah.

~oOo~

Artikel di atas saya kutip dari Bagian 12 novel yang berjudul 65 karya Gitanyali yang diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia (Mei, 2012) setebal 204 halaman. Novel 65 ini sebagai lanjutan novel sebelumnya, Blues Merbabu.

~oOo~

Jalan hidup Gitanyali seolah tak bisa lepas dari angka 65. Peristiwa ’65  membuat hidupnya berubah seketika dari anak keluarga pemuka partai yang  jaya merosot menjadi paria. Berusaha membebaskan diri dari dosa  turunan, ia berganti-ganti nama, dan mendefinisian bebas sesuai  kebutuhan hidupnya. Perjumpaannya dengan Emma – pemilik galeri seni di  Bangkok – membawa Gitanyali ke mistik angka 65 yang lain. Dunia baru  yang  penuh cinta dan harapan terbuka lebar. Ia masuk dalam keadaan harus  meninggalkan kehidupan asmaranya yang liar – dengan Tante Rosa di kota  kecil di Jawa Tengah, Hilda di Bandung, Christine di Paris – serta  berdamai dengan kenangan masa lalu.