Televisi mungil yang nangkring di atas lemari warung kopi “Mampir Ngombe” sedang menayangkan acara infotainment. Pembawa acara yang bibirnya menye-menye dengan aksen suara yang dibuat-buat itu seolah memprovokasi dua pihak yang sedang berseteru. Ia sedang mewartakan perseteruan antara Farhat Abbas dengan El, anaknya musisi Ahmad Dhani. El menantang adu jotos Farhat Abbas di atas ring tinju untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi.
“Ganteng tenan El iku, rek. Saya sih njagoin dia. Farhat bisa-bisa KO di ronde satu!” komentar Yu Manuhara, pemilik warung kopi. “Al nggak usah mbantuin El, deh. Badan gembul si Farhat bukan jaminan menang.”
Para lelaki pelanggan kopi buatan Yu Manuhara pada tersenyum mendengar celotehannya. Bahkan ada satu orang yang sampai keselek ketika makan pisang goreng.
“Kenapa keselek, Cak? Apa ada yang aneh dalam ucapanku tadi?” tanya Yu Manuhara kepada Cak Kandam.
“Ora, Yu. Aku mau ketawa eh malah keselek. Aku juga pegang si El. Sebel banget aku kalau lihat muka si Farhat itu. Tinjunya El biar bikin lambe Farhat nyonyor tuh!” Cak Kandam kembali menyeruput kopinya.
Berita rencana adu jotos El dan Farhat yang gencar telah menenggelamkan sejenak berita korupsi, apalagi berita itu dipanaskan oleh pengacara lain yang menyediakan hadiah 250 juta bagi yang menang adu jotos. Belum lagi pendapat psikolog dan para pengamat media yang lumayan meramaikan ontran-ontran perseteruan antara Farhat dan keluarga Dhani.
“Itulah bahayanya lisan, Yu. Kata orang bijak, tajamnya lidah bisa melebihi tajamnya pedang. Kasus ini kan bermula dari kicauan di media sosial, kemudian ditangkap oleh awak media. Keduanya diwawancarai. Semula hanya lewat tulisan akhirnya mulut ikut bicara,” papar Mas Suryat yang juga penyuka kopi Tjap Manuhara itu.
Bibir penyiar tipi masih menye-menye. Kali ini menyiarkan artis yang menghabiskan 25 kilogram bunga mawar untuk ruwatan atawa membuang sial. Artis yang satu ini sepertinya tak punya prestasi apa pun di bidang seni budaya, tingkahnya cuma cari sensasi saja.
“Lah, mestinya sebelum diposting di twiter kata demi katanya kan bisa dibaca dulu. Kalau perlu diedit kalau kurang pantas. Kalau ini dilakukan nggak bakalan tuh terjadi kasus ini. Bukan begitu, Mas Suryat?” ujar Pak Karno yang berkumis lebat itu.
“Sepakat dengan Pak Karno. Itu tak beda dengan ucapan. Kalau sebelum bicara kita edit dulu sebelum diposting maka kata-kata yang terucap dari mulut ini akan terdengar enak di telinga orang lain,” kata Mas Suryat.
“Pokoke si Farhat kudu tumbang. Ini ajang untuk mempermalukan dia. Biar kapok. Lain kali biar hati-hati kalau mau bertindak!” teriak Yu Manuhara berapi-api.
“Kuwi wis gawan bayi, Yu!” tukas Cak Kandam.
Nanti Yu Manuhara dan Cak Kandam akan kecewa sebab adu jotos yang ramai diperbicangkan berbagai kalangan itu nggak bakal terwujud, hanya ramai di media saja.