Menjadi Kinanthi

marma den taberi kulup
anglung lantiping ati
rina wengi den anedya
pandak panduking pambudi
bengkas kahardaning driya
supaya dadya utami

Terjemahan: maka rajinlah anak-anakku, belajar menajamkan hati, siang malam berusaha, merasuk ke dalam sanubari, melenyapkan nafsu pribadi, agar menjadi (manusia) utama (dari Serat Wedhatama)

~oOo~

Kinanthi, sengaja saya tuliskan sesuai dengan kata aslinya menggunakan “th”adalah nama salah satu tembang Macapat (jenis tembang dalam kesusastraan Jawa) yang umumnya untuk menggambarkan sifat senang, belas kasih, menasihati, kasih sayang, dan kebijaksanaan. Kinanthi sendiri berasal dari kata kanthi yang berarti menggandeng tangan atawa menuntun, sehingga kinanthi diartikan dituntun/digandeng tangannya supaya bisa berjalan dalam mencari penghidupan di alam dunia.

Secara utuh inilah urutan tembang Macapat yang diciptakan oleh pujangga Jawa dulu untuk menggambarkan perjalanan hidup manusia dari mulai bayi sampai meninggal, yaitu:

Maskumambang, menggambarkan bayi masih dalam kandungan ibunya, yang belum diketahui jenis kelaminnya, kumambang berarti mengambang dalam kandungan ibu.

Mijil, berarti sudah dilahirkan dan jelas laki-laki atau perempuan.

Sinom, berarti masa muda, yang paling penting untuk pemuda adalah mencari ilmu sebanyak-banyaknya.

Kinanthi, dari kata kanthi atau tuntun yang berarti dituntun supaya bisa menjalani kehidupan di dunia.

Asmarandana, berarti cinta, cinta laki-laki kepada perempuan atau sebaliknya yang merupakan takdir Ilahi.

Gambuh, dari kata jumbuh/bersatu yang berarti apabila sudah bersatu dalam cinta, perempuan dan laki-laki tersebut bisa menjalani hidup bersama.

Dhandhanggula, menggambarkan kehidupan manusia dalam kebahagiaan ketika berhasil meraih cita-cita seperti menemukan jodoh, melahirkan anak, kehidupan yang sejahtera, dan sebagainya.

Durma, dari kata derma/sedekah. Manusia jika sudah merasa hidup cukup, dalam dirinya tumbuh rasa kasih sayang kepada sesamanya yang sedang kesusahan, sehingga akan tumbuh keinginan untuk berbagi. Hal tersebut didukung juga dari moralitas agama dan watak sosial manusia.

Pangkur, dari kata mungkur yang berarti menyingkirkan hawa nafsu angkara murka. Keinginan untuk berbagi dan peduli dengan sesama merupakan prioritas hidupnya.

Megatruh, dari kata megat roh/pegat rohe atau terpisahnya nyawa, ketika takdir kematian datang.

Pocung, ketika tinggal jasad tersisa, dibungkus dengan kain mori putih atau dipocong sebelum dikuburkan.

Jadilah sang Kinanthi yang mengalirkan kata dari Sang Pemilik Kata, untuk kemudian kita alirkan lagi kepada sesama.