Mendamba suami setampan Nabi Yusuf

Siapapun tak ada yang berani menyangkal kalau perempuan berkerudung ungu itu cantiknya sundhul langit. Ayune puol. Banyak pemuda yang mencoba mendekatinya, bahkan tak sedikit yang berani melamar untuk dijadikan istrinya. Tapi apa daya, semua lamaran ditolaknya. Ia berprinsip: ingin punya suami yang setampan Nabi Yusuf.

Hampir semua pemuda di kotanya pernah mendekatinya, namun tak seorang pun dapat tertambat di hatinya. Perempuan cantik itu memutuskan pergi ke kota sebelah untuk mencari pemuda setampan Nabi Yusuf yang akan dijadikan sebagai suaminya.

Nihil.

Dalam kelelahannya, ia dihampiri oleh seorang nenek tua lalu menyapa perempuan cantik, “Wahai perempuan cantik apa yang membuatmu galau?”

“Apakah nenek bisa membantuku menemukan calon suami yang setampan Nabi Yusuf?”

“O, apakah kamu sudah pernah bertemu dengan Nabi Yusuf, nak?”

“Belum, nek!”

“Lah, kalau belum pernah bertemu Nabi Yusuf bagaimana kamu bisa menilai kalau pemuda yang kamu inginkan itu setampan dia?”

Perempuan cantik itu menatap wajah nenek minta dikasihani. Maka, sang nenek pun mengajak perempuan cantik melanjutkan perjalanan mencari pemuda idamannya. Mereka terus berjalan dan berhenti ketika mereka melewati sebuah kampung.

“Kita berhenti sebentar di sini, nek. Kita cari pemuda setampan Nabi Yusuf. Kira-kira dia ada di kampung ini nggak ya nek?”

“Pertanyaanmu masih terdengar lucu, nduk. Tapi menurutku sih, pemuda-pemuda kampung ini semuanya tampan, meskipun kita tidak bisa membandingkan dengan ketampanan Nabi Yusuf.”

Tak lama, ada beberapa pemuda yang menghampiri mereka dan mengajak berkenalan.

“Nek, di antara pemuda ini ada nggak yang setampan Nabi Yusuf?”

Mbuh, ra urus nduk! Wong tinggal milih salah satunya saja kok susah amat!”

Nenek itu pun meninggalkan perempuan cantik, namun tak lama perempuan cantik itu menyusul sang nenek. Keduanya kembali berjalan beriringan. Tanpa terasa sudah bertahun-tahun mereka berjalan mencari pemuda setampan Nabi Yusuf. Mereka tiba di tepi pantai.

“Nek, kok nggak ada satu pun pemuda yang menghampiriku ya?”

Sang nenek mengeluarkan sebuah cermin dari balik bajunya dan memberikan kepada perempuan cantik.

Namun betapa terperanjatnya perempuan cantik itu ketika bercermin. Ternyata ia sudah menjadi tua. Kecantikannya telah hilang seiring perjalanan mereka yang memakan waktu bertahun-tahun untuk mencari pemuda setampan Nabi Yusuf.