Memilih setia

Kisah ini lanjutan dari artikel Ingin berselingkuh.

Tubuh Destarasta bergerak untuk mendapatkan posisi tidur yang lebih nyaman. Gendari terkejut, buru-buru ia sembunyikan iped di balik bantalnya, dan pura-pura tidur. Bagaimana pun, orang yang bersalah pasti punya rasa takut. Padahal suaminya itu nggak bakalan bisa melihat apa yang ia lakukan.

Di luar perkiraannya, tangan Destarasta bergerak dan memeluk tubuhnya. Gendari menahan nafasnya dan mencoba tenang jangan sampai suaminya itu memergokinya masih terjaga, padahal malam sudah sangat larut. Ia menatap wajah lelaki buta itu. Wajah yang sangat tampan, meski tidak setampan Pandudewanata, adik Destarasta.

Tetapi, iped yang ada di balik bantalku ini sangat menggoda untuk aku buka kembali. Ia mengelus tangan suaminya. Tangan inilah – dengan keterbatasan penglihatan, Destarasta melindungi dan menyayangi Gendari. Fikiran Gendari menerawang peristiwa beberapa belas tahun silam, saat perjodohan Pandudewanata dengan Kunti. Ia yang waktu itu menaruh hati kepada Pandudewanata merasa kecewa, kenapa Kunti yang dipilih untuk Pandudewanata. Juga ketika Pandudewanata diberikan istri kedua, kenapa bukan Gendari yang diajukan tetapi malah Madrim? Hatinya makin kecewa saat ia dijodohkan dengan Destarasta yang buta kedua matanya. Ah, memang sudah takdirku berjodoh dengan Mas Desta.

Penderitaan Gendari tak berhenti di situ. Kunti dan Madrim mulai melahirkan anak-anak mereka: Yudhistira, Bima, Arjuna dan si kembar Nakula-Sadewa, Gendari belum juga dikaruniai seorang putra pun. Ia memohon kepada dewata dan tak lama ia pun mengandung. Sungguh di luar kelaziman, ia mengandung selama sembilan belas bulan dan ketika saatnya melahirkan bukan seorang bayi yang keluar dari rahimnya, namun sebutir telur yang sangat besar.

Dengan kasih sayangnya, Destarasta membesarkan hati Gendari. Semua itu telah menjadi takdir yang harus mereka terima. Tanpa mereka duga, telur raksasa itu pecah dan keluarlah seratus bayi, satu di antaranya bayi perempuan. Itulah anak-anak Kurawa, dan Destarasta menamai anak sulungnya dengan Duryodana.

Dengan seratus anakku ini aku ingin menguasai Hastinapura dengan melenyapkan anak-anak Kunti dan Madrim. Itulah dendam kesumat Gendari. Ia merajuk kepada Destarasta agar mau mengangkat adik lelakinya menjadi patih di Hastinapura. Saking sayangnya kepada istrinya, Destarasta mengabulkan permintaannya itu. Tak lama, Sengkuni yang tak lain adalah adik Gendari diangkat menjadi seorang patih. Lewat Sengkuni intrik politik untuk menguasai Hastinapura dimainkan.

Mas Desta, betapa baiknya dirimu. Rasanya tak pantas aku mengkhianati cintamu. Gendari mendesah. Hatinya bergolak, antara ingin tetap mencoba berselingkuh dan memilih setia kepada suaminya.

saat cinta bicara, aku tak kuasa tuk bisa jauh dari dirinya, sejak membuka mata hingga malam tiba kulihat hanya bayang dirinya, jangankan selingkuh pikirkan yang lain sejenak pisah tak mampu, rindu ini menjerat sangat kuat sayang, kau begitu memikat setiap saat sayang

~0Oo~

Malam-malam berikutnya masih saja membuat Gendari galau. Ia melampiaskan kegalauannya itu di akun twiternya. Sesekali menuliskan isi hatinya di pesbuk miliknya. Untuk apa Gendari, kau mewartakan isi hatimu ke seluruh dunia? Apa untungnya? Cari simpati? Bukankah orang akan mencibir perilakumu itu? Bukankah kau perempuan terhormat? Akhir-akhir ini Gendari suka bereka-wicara.

Gendari menuju ruang semedi. Sudah lama ia lupakan Sang Pencipta. Belasan jam ia berada di sana, merenung dan memohon petunjuk agar gelisah hatinya sirna. Destarasta yang hatinya dapat merasakan kegelisahan istrinya, segera menemui Gendari di ruang semedi.

“Mas Desta, semakin mantap hatiku untuk mendampingimu hingga kematian memisahkan kita. Susah senang akan kita lalui bersama. Apa yang kamu derita, aku juga ingin merasakan derita itu. Aku mohon izinmu, aku ingin membutakan mataku!”

Mendengar perkataan istrinya itu Destarasta sangat terkejut. Bibir dan tangannya gemetar, tak mampu berkata-kata. Ia akan membutakan matanya? Jangan Gendari…. jangan. Kamu adalah mataku. Destarasta terduduk lemas di samping Gendari.

Sejak saat itu, Gendari menutup matanya dengan kain hitam hingga ajal menjelang. Ia telah memilih setia kepada suaminya.

Lagu latar: Tak Mungkin Berpaling