Memberi dan menerima kepercayaan

Kepercayaan itu bukan untuk diminta, tapi diberikan. Seseorang tidak bisa memaksa orang lain untuk mempercayainya, akan tetapi dia harus bisa membuat orang lain percaya kepadanya.

Karena kemampuan manusia yang terbatas, maka sebagian urusannya dipercayakan kepada orang lain. Satu hal yang harus diingat, dalam memberikan suatu kepercayaan itu jangan seratus persen, harus ada ruang untuk mengontrolnya jika di belakang nanti terjadi pengkhianatan terhadap apa yang telah dipercayakan itu. Pernahkah Anda menghadapi situasi seperti cerita di bawah ini.

Alkisah, Kaisar Napoleon mempunyai seorang istri yang sangat cantik dan seksi, yang membuat banyak lelaki akan bertekuk lutut di hadapannya. Suatu hari, Napoleon akan pergi berperang bersama pasukannya, tanpa membawa serta istrinya yang cantik itu. Dengan terpaksa, ia harus meninggalkan istrinya di istana. Karena takut istrinya berbuat serong, maka sebelum pergi ia menyelipkan sebuah silet yang sangat tajam di sekitar selangkangan sang istri (nggak kebayang!). Jika ada benda-benda asing yang berani masuk ke dalamnya, niscaya akan langsung terpotong oleh silet itu. Sepuluh orang prajurit kepercayaannya ditugaskan untuk menjaga istrinya.

Setelah itu, Napoleon pergi dengan tenang. Tiga bulan kemudian, dia kembali lagi. Sampai di istana, dia langsung memeriksa semua prajurit yang diperintahkan untuk menjaga istrinya dulu. Satu per satu sepuluh prajurit itu diperiksa. Hasil pemeriksaan sampai prajurit ke sembilan sangat mengecewakan hati Napoleon, karena lima di antaranya sudah terpotong anunya, dan empat lainnya terpotong jari tangannya.

Prajurit ke sepuluh membuat bangga Napoleon, karena anu dan jari-jarinya masih utuh. Napoleon langsung memuji-muji sang prajurit yang katanya dapat memegang kepercayaannya, nyatanya ia tidak melakukan serong dengan istrinya. Napoleon langsung membuat upacara pemberian penghargaan kepada prajurit itu dan akan menaikkan pangkatnya dua tingkat. Anehnya, pada saat Napoleon memberikan ucapan selamat, sang prajurit diam saja. Setiap kali diajak bicara dia tidak pernah membuka mulut dan diam seribu bahasa. Lama-lama Napoleon jadi berang dan memerintahkan kepada prajurit itu supaya membuka mulut. Betapa kagetnya Napoleon begitu prajurit itu membuka mulut, karena ternyata prajurit itu lidahnya yang terpotong!

Siapa percaya kepada siapa. Memberi dan menerima suatu kepercayaan harus ikhlas dan amanah.