Seorang raja memanggil tiga orang pelukis ke istananya untuk melukis dirinya di atas kanvas yang cukup besar. Lukisan itu akan dipasang di ballroom untuk menyambut tamu raja yang akan datang lima hari lagi. Raja ini mempunyai tanda lahir berupa noktah hitam di pipi kirinya.
Pelukis 1, dengan cekatan menggoreskan kuas di atas kanvas, sesekali memandang wajah raja untuk memastikan tidak ada yang kurang dalam lukisannya.
Pelukis 2, cukup lama memandang wajah rajanya, kemudian dengan tekun dia melukiskannya di atas kanvas. Senyum tidak pernah lepas dari bibir sang pelukis.
Pelukis 3, seperti pelukis 2 cukup lama memandangi wajah sang raja, lalu dia pun dengan tekun melukis wajah raja.
Karena ketiga pelukis tersebut mempunyai kehebatan yang terkenal seantero kerajaan, lukisan wajah raja dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat. Satu per satu raja mendatangi lukisan yang sudah jadi tersebut.
Ketika memandang lukisan 1, terlihat ekspresi keterkejutan sang raja. Wajah sang raja merah padam, dan memerintahkan perdana menterinya memenjarakan pelukis 1. Dua pelukis lainnya, gemetar dengan keputusan raja yang memenjarakan temannya. Mereka tidak tahu, kesalahan apa yang telah diperbuatnya.
Raja sudah di depan lukisan 2. Kepalanya bergeleng-geleng pelan menyaksikan lukisan wajahnya. Sama seperti pelukis 1 tadi, dia juga memenjarakan pelukis 2. Pelukis 3 semakin ciut nyalinya ketika raja melangkah mendekati lukisan 3.
Di luar dugaan pelukis 3, kali ini raja tersenyum sambil menepuk lembut pundaknya. Raja memerintahkan perdana menterinya untuk memajang lukisan itu dan memberikan hadiah kepada pelukis 3.
“Tahukah kalian, kenapa aku memenjarakan pelukis 1 dan pelukis 2? Sementara aku memberikan hadiah kepada pelukis 3 ini?” Tanya raja kepada orang-orang yang hadir di sana. Sebuah pertanyaan yang tidak perlu dijawab, karena raja akan menjawab sendiri pertanyaan itu.
“Pelukis 1, melukiskan wajahku apa adanya. Bahkan noktah hitam di pipi kiriku ini digambar dengan jelas. Pelukis ini jujur, namun sayang dia tidak bisa menutupi kelemahanku. Kemudian pelukis 2, dia melukis wajahku sangat sempurna, tidak ada noktah hitam di sana. Aku bahkan tidak mengenali wajahku sendiri. Pelukis ini memang mampu menyembunyikan cacat dan kekuranganku, tidak dengan cara yang cerdas. Ia berdusta, tak jujur serta bahkan menjilat. Sekarang, lihatlah lukisan 3 ini. Pelukis 3 melukiskan wajahku apa adanya, tetapi dia melukiskan dengan bijaksana. Aku dilukis dari sisi kanan, dua per tiga wajahku yang terlukis di sana, dan noktak hitam di pipi kiriku tidak kelihatan di lukisan itu, bukan?” kata raja mengakhiri penjelasannya.
Bagaimana dengan Anda ketika menilai atasan Anda yang nota bene mempunyai wewenang membuat hitam atau putih karir Anda?