Malam mingguan di Tugu, bunga mawar dan sopir taksi

Sejak Sabtu (30/4) pagi kemarin saya berada di Jogja. Mumpung malam Minggu acaranya free, saya janjian sama Kika untuk bertemu di sekitaran Tugu. Kami menikmati makan malam di Angkringan Pak Jabrik depan KR, setelah itu baru berjalan ke Tugu.

Kami duduk-duduk di sisi tenggara Tugu. Di sana terdapat miniatur Tugu Jogja yang ‘asli’ yakni Tugu Golong Gilig.  Tugu ‘asli’ tersebut dibangun sekitar tahun 1755, melambangkan Manunggaling Kawula-Gusti, semangat persatuan rakyat dan penguasa untuk melawan penjajahan Belanda. Tiang tugu berbentuk gilig (silinder) dan pada puncaknya berbentuk golong (bulat), sehingga dinamakan Tugu Golong Gilig. Ketinggian bangunan Tugu ini konon mencapai 25 meter. Tugu yang berdiri saat ini dibikin oleh Belanda tahun 1889 setelah Tugu Golong Gilig roboh akibat gempa bumi dahsyat yang menggoncang Jogja.

Suasana malam Minggu sekitar Tugu sangat ramai. Ada gelaran buku-buku yang disewakan secara gratis, di sebelahnya sekelompok mahasiswa berdiskusi hangat, lalu di kursi dekat Pos Polisi beberapa orang menikmati wedang ronde atau sekedar ber-selfi dengan ponselnya.

Saya melihat ada beberapa mahasiswa yang menawarkan setangkai bunga mawar yang sudah dikemas dalam plastik. Kata Kika, penjualan bunga-bunga itu sebagai bentuk ‘danusan’ para mahasiswa misalnya untuk dana tambahan untuk mensukseskan acara yang mereka gelar atau dana untuk kegiatan KKN.

Minggu (01/5) siangnya, saya sudah berada di Karanganyar.

***

Taksi Kosti Solo yang saya pesan untuk membawa saya dari Karanganyar ke Bandara SOC cepat sekali datangnya. Berdasarkan pengalaman saya selama ini, ngobrol bareng sopir taksi yang berwarna biru ini selalu mengasyikan. Mereka mewakili keramahan khas orang Solo.

Pembicaraan saya awali dengan mengomentari lagu-lagu barat lama yang ia putar sepanjang perjalanan. Cocok dengan selera saya. Obrolan mengalir ke kelompok band legendaris Indonesia seperti Panbers dan Koes Plus. Jika Anda pecinta lagu-lagu lama milik band legendaris tersebut datanglah ke THR Sriwedari Solo.

Kemudian kami mengobrolkan tentang pendidikan anak. Saya kagum kepadanya saat ia menceritakan kedua anaknya, sulung kuliah di UGM sedangkan bungsu kuliah di STAN. Saya kerja siang malam agar kuliah anak-anak saya paripurna, katanya.

Ia juga bercerita kalau anak sulungnya semalam mengirim SMS kepadanya sedang ada kegiatan ‘danusan’ dengan menjual bunga mawar di sekitar Tugu.