Mak Oyah dan Daging Kurban

Mak Oyah dheleg-dheleg di balai reyot depan rumahnya. Daging kurban yang baru saja diterimanya dari petugas Mesjid Baiturrahman masih tergenggam di tangannya. Bukankah seharusnya ia senang mendapatkan daging kurban di hari raya Idul Adha ini? Tapi kenapa ia malah menerawang ke arah langit yang tengah dihiasi mendung?

Daging, entah ayam atau sapi, sebentuk jenis makanan yang belum tentu sebulan sekali ia makan. Mak Oyah tingga sendiri di rumahnya yang sederhana, di mana ia menggantungkan penghidupannya sebagai buruh tani. Ia akan mendapatkan upah jika ada yang menggunakan tenaganya. Ya, daging kurban yang terbungkus plastik hitam telah membuatnya gelisah.

Ia tahu, di dapurnya tidak ada bumbu untuk mengolah daging itu. Beraspun hanya tinggal beberapa butir, karena hari itu ia merencanakan makan dengan ubi yang dicabutnya dari halaman belakang rumahnya. Daging itu telah menyiksa batinnya.

Selepas maghrib ia temui Ustadz Asnoor di Mesjid Baiturrahman. Memang kebetulan di mesjid masih ada beberapa jamaah yang belum pulang setelah shalat maghrib.

“Ustdaz, saya bermaksud mengembalikan daging ini. Bukan karena saya tidak mensyukuri nikmat gusti Allah yang diberikan kepada saya hari ini. Dari pada daging ini membusuk lebih baik saya serahkan kepada Ustadz,” kata Mak Oyah di hadapan Ustadz Asnoor.

“Bukankah Mak Oyah bisa menjual daging ini?” tanya Ustadz Asnoor.

“Menjual ke mana lagi Ustadz? Saya sudah tawarkan ke beberapa tetangga, mereka semua sudah punya daging seperti ini. Mereka menolak tawaran saya,” Mak Oyah memberikan penjelasan.

“Ya sudah. Daging Mak Oyah kami beli!” jawab Ustadz Asnoor mengeluarkan uang dua puluh ribuan, “Siapa yang mau nambahi?”

Terkumpul uang empat puluh lima ribu rupiah. Mak Oyah menerima uang tersebut.

“Yang lima belas ribu ini tolong masukkan kotak amal mesjid, sebagai sedekah saya,” kata Mak Oyah.

Semua yang hadir tertegun dengan tindakan Mak Oyah yang menyisihkan uangnya untuk sedekah. Mak Oyah pamit dan berencana mampir warung untuk membeli beras.

~oOo~

Pintu rumah Mak Oyah terdengar diketuk dari luar. Mak Oyah segera membuka pintu dan didapatinya istri Ustadz Asnoor membawa dua buah rantang.

Semalam Mak Oyah makan gulai kambing.