Mabrur

Berhaji bagi masyarakat Nusantara mempunyai sejarah yang panjang yakni telah berlangsung sejak abad ke-16 Masehi. Kunjungan ke Tanah Haram untuk berhaji berlangsung setiap tahun dengan jumlah jamaah yang terus bertambah. Bahkan jika Anda mendaftar haji pada hari ini, jatah keberangkatan ke Tanah Haram bisa jadi baru akan dilaksanakan sepuluh tahun mendatang. Luar biasa lamanya, saking banyaknya antrian pendaftar haji.

Menjadi haji mabrur adalah dambaan setiap orang yang berhaji. Haji mabrur atawa hajjan mabrura maksudnya ibadah haji yang diterima oleh Gusti Allah. Predikat mabrur tidak tergantung pada sahnya pelaksanaan ibadah haji semata, namun tergantung pada berfungsi ibadah haji itu bagi pembentukan integritas pribadi perilaku haji dan bagi masyarakat di mana ia berada. Singkatnya, mabrur nggaknya haji seseorang dapat dilihat setelah ia berhaji.

Kira-kira ada berapa banyak orang Indonesia yang menunaikan ibadah haji? Jika dihitung mundur sepuluh tahun ke belakang, setidaknya ada 10 X 200.000 orang = 2.000.000 haji! Dan ke depan, Indonesia akan melahirkan jutaan haji lagi.

Latar belakang mereka – yang telah berhaji itu – sangat beragam. Ada yang dari birokrat, politisi, tentara, polisi, guru, pegawai negeri, pegawai swasta, petani, pedagang, dokter, pengacara, jaksa, hakim, pensiunan, ibu rumah tangga, pembantu, dan masih banyak lagi. Alangkah dahsyatnya pengaruh seorang haji mabrur.

Seorang haji, jika ia seorang kepala rumah tangga, kemabruran hajinya akan mempengaruhi perilaku istri dan anak-anaknya. Jika ia seorang istri, kemabrurannya akan mempengaruhi suami dan anak-anaknya. Jika ia seorang birokrat, kemabruran hajinya akan berpengaruh terhadap lingkungan departemen yang dipimpinnya. Jika ia seorang tentara atawa polisi, kemabruran hajinya akan mempengaruhi kesatuannya. Jika ia seorang politisi, kemabruran hajinya akan mempengaruhi kebijakan yang diambilnya, dan seterusnya dan seterusnya.

Namun kenyataannya bagaimana?

Katanya sudah haji, tapi kok masih suka menghibah orang lain. Katanya sudah haji, tapi kok korupsinya jalan terus. Katanya sudah haji kok hobinya maksiat. Katanya sudah haji kok suka membuat fitnah. Katanya sudah haji, tapi kok nggak pernah sedekah. Katanya sudah haji kok masih rajin mengulang perbuatan tercela. Wagu ah!

Intinya, Indonesia yang punya stok haji demikian banyak kok kondisi negerinya masih gini-gini aja sih?

Semoga saudara-saudara kita yang saat ini berhaji di Tanah Haram sana benar-benar mendapatkan hajjan mabrura. Dan kita kecipratan mabrurnya. Amiin.