Kurang afdol rasanya, nekjika dolan ke Jogja pulangnya nggak bawa oleh-oleh. Kemarin stel yakin saja, begitu masuk taksi bilang ke pak sopirnya supaya mampir dulu ke pabriknya Bakpia Pathok 25. Saya masih punya waktu dua jam sebelum sampai ke bandara Jogja. Pas mau belok ke Jl. KS Tubun, ada polisi berdiri di pertigaan. Polisi memberi aba-aba mobil dari arah Jl. Letjen Suprapto disuruh lurus saja. Wah, padahal ke lokasi ini kami ambil jalur menghindari Malioboro yang sedang macet.
Pak sopir taksi memberikan alternatif beli Bakpia Pathok 25-nya di dekat bandara saja. Saya mesti antar Kika dulu ke kosan – dua malam ia ikut nginap di hotel, yang jarak dari sekitar Malioboro nggak begitu jauh.
Setelah ngedrop Kika, taksi melaju ke toko Bakpia Pathok 25 di dekat bandara. Parkiran tokonya luas, bisa menampung beberapa bus. Baru masuk toko sudah dikasih tahu oleh mbak pelayan, kalau bakpianya habis, belum dikirim dari pabriknya. Ada pembeli lain yang cerita kalau mereka sebelumnya mampir di pabriknya, kalau di sana juga ludes. Menunggu matang tentu lama, apalagi kuatir ketinggalan kereta atau pesawat.
Ya sudah, nggak jadi beli bakpia. Saya membeli oleh-oleh yang lain, meskipun kardus tentengannya tetap menggunakan merk Bakpia Pathok 25. Kemudian, taksi melaju ke arah bandara yang jaraknya tinggal sepelemparan sandal itu.
Di bandara banyak orang lalu-lalang membawa kardus Bakpia Pathok-25 (tentu saja ada juga angka-angka yang lain). Sebelum masuk ruang check-in mata saya menyapu toko-toko di bandara siapa tahu ada Bakpia Pathok-25. Ternyata tak ada yang jualan.
Yo wis, rapopo.
Di ruang tunggu banyak sekali orang membawa oleh-oleh bakpia. Bahkan ketika waktunya boarding, orang-orang yang antri banyak menenteng kardus bakpia aneka merk.
Pesawat yang saya tumpangi tepat waktu, mendarat mulus di Bandara Halim. Pas menunggu bagasi, eh… lagi-lagi saya melihat kardus-kardus bakpia ukuran besar di atas ban berjalan bagasi bandara. Supaya nggak tertukar dengan milik orang lain, kardus-kardus diberi label nama dengan huruf besar-besar.
Kyai SX4 yang saya gunakan untuk transportasi rumah-bandara pp, saya parkir inap. Kebetulan saya berbarengan dengan rombongan satu keluarga yang juga parkir inap.
Saya lirik di troli bagasi yang didorong, mereka juga membawa kardus Bakpia Pathok 25.
Isi kardusnya, bakpia beneran apa geplak ya?