Lik Susno

Di kampung saya, nama Lik Susno demikian melegenda. Dari orang tua, hingga anak kecil tahu siapa Lik Susno. Terkenalnya nama Lik Susno karena keprigelan-nya dalam segala urusan, dan hampir setiap keluarga pernah minta bantuannya.

Setiap ada hajatan, Lik Susno akan kebagian pekerjaan sebagai jayeng yakni tukang bikin minuman sebab tak semua orang pandai meracik teh yang rasanya ginastel – legi panas kenthel/manis panas kental. Ia tahu persis takaran teh, gula dan air. Jika menghadiri suatu hajatan, orang kampung sampai hapal betul teh yang disajikan itu bikinan Lik Susno atawa orang lain. Nyamleng-nya beda!

Selain sebagai jayeng, ia juga berprofesi sebagai penggali kubur. Galian yang dibuat oleh Lik Susno sangat rapi, nyaman buat bersemayam para marhum dan marhumah. Di kampung saya, kuburan memang nggak ada juru kuncinya. Bersih-bersih kompleks makam dilakukan secara bergotong-royong. Sebagai penggali kubur, Lik Susno hapal betul milik siapa gundukan-gundukan tanah tanpa nisan karena memang ia yang menggali kuburan itu.

Jika musim panen tiba, bahu (tenaga) Lik Susno disambati oleh pemilik sawah. Dengan cekatan Lik Susno memisahkan bulir-bulir gabah dari tangkainya, kemudian memasukkan ke dalam karung dan menumpuknya di pinggiran sawah. Tak hanya musim panen padi, Lik Susno juga sering diminta membantu panen singkong atawa palawija yang lain.

Ketrampilan Lik Susno yang lain adalah membetulkan kerusakan rumah, meskipun ia bukan tukang utama. Kalau hanya untuk membetulkan pintu yang rusak atawa genteng yang bocor, dapat dilakukan sendiri oleh Lik Susno. Berbeda jika membangun rumah baru, jabatan Lik Susno biasanya menjadi asisten tukang. Baik membantu tukang batu atawa tukang kayunya.

Singkatnya, dapur keluarga Lik Susno selalu bisa ngebul tersebab oleh sambatan-sambatan pekerjaan yang ia dapatkan dari warga kampung.

Suatu pagi, rumah Pak RT heboh karena banyak pulisi ada di sana. Mereka ingin menangkap Lik Susno dengan tuduhan telah mencuri ikan di empang milik orang kaya kampung sebelah. Pak RT dan orang-orang kampung menghalang-halangi para pulisi bertemu dengan Lik Susno. Mereka tak percaya kalau Lik Susno telah berbuat nista: mencuri! Di mata mereka, Lik Susno orang yang sangat baik berperilaku. Selama ini tak ada cacat yang dilakukan Lik Susno.

Orang-orang pasang badan membela Lik Susno. Melihat amarah warga, pulisi mengurungkan niat menangkap Lik Susno. Ketika pulisi pergi, Pak RT memanggil Lik Susno yang disembunyikan warga, dan bertanya, “Lik, apa benar yang dituduhkan para pulisi tadi kalau Lik Susno mencuri ikan di empang kampung sebelah?”

Dengan berapi-api Lik Susno menjawab pertanyaan Pak RT, “Saya tidak pernah dan tidak akan pernah jadi maling, sebuah perbuatan yang sangat nista. Demi Tuhannnnnnn!!!!!”

Telapak tangan Lik Susno merah karena terlalu keras memukul meja di depannya.