Timbangan yang terletak di depan kamar akhir-akhir ini mengeluh jika saya berdiri di atasnya. Kok makin berat bos. Bagaimana tidak, setiap menimbang berat badan, makin bertambah saja angka yang muncul. Kalau dhitung dengan metode BMI (Body Mass Index), ketemu hitungan >25, yang berarti kelebihan berat badan. Indikator paling jelas adalah kemeja ukuran L (dan bahkan yang XL) sudah berasa sesak. Jika dipaksakan untuk dikenakan maka 2 kancing di bawah tidak bisa dikaitkan.
Ya, perut saya mirip orang hamil 8 bulan. Ada selusin kemeja dan kaos yang terpaksa saya pensiunkan dulu, saya simpan di plastik – siapa tahu nanti akan terpakai lagi. Untuk celana, saya menjadi nyaman menggunakan celana yang ada karetnya. Fleksibel di perut. Ini cara yang salah sih, mestinya tetap menggunakan celana yang ada ikat pinggangnya. Jadi pada saat mau makan, perut sudah menolak dulu karena tidak bisa melar lagi – sudah dikencangkan ikatannya. Lha kalau celana pakai karet, perut akan leluasa melar seberapa pun makanan yang masuk ke dalamnya.
Eh, ngomong perkara makan sebenarnya saya tidak rakus-rakus amat. Bisa dikatakan makan dalam ukuran normal. Atau barangkali kurang bergerak? Bisa jadi benar ini penyebabnya. Olah raga jalan kaki pagi hari hanya sekedar keinginan, tidak pernah terwujud.
Sampeyan sedang stres kali mas. Kata seorang teman. Saat stres terjadi, kelenjar adrenal melepaskan hormon yang disebut kortisol. Hormon stres ini juga meningkatkan nafsu makan dan memotivasi seseorang untuk makan, terutama makanan tinggi lemak, gula, atau keduanya. Nah, hal ini yang memicu kenaikan berat badan.
Bukannya stres malah bikin kurus? Komentar teman yang lain. Stres juga dapat membuat seseorang kehilangan nafsu makan hingga penurunan berat badan. Saat stres tubuh akan melepaskan hormon adrenalin dan kortisol. Adrenalin berfungsi untuk mempersiapkan tubuh melakukan aktivitas berat. Namun, hormon ini juga bisa meminimalisir nafsu makan. Respon stres yang berlebihan juga bisa menyebabkan gangguan pencernaan. Akibatnya, saluran pencernaan melambat agar tubuh bisa berfokus untuk merespon pemicu stres. Ini sih kurus tapi tidak sehat.
Untuk mengembalikan berat badan ke angka BMI normal (18,5 – 24,9) sepertinya saya mesti banyak bergerak, untuk membakar lemak.
Soalnya saya tidak sedang stres, sedang baik-baik saja. Lagi lemu, sedang gemuk saja.