Lagi, hujan bulan Juni


tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

Hujan Bulan Juni – Sapardi Djoko Damono

Ketika saya tulis artikel ini hujan tengah turun dengan derasnya. Beberapa saat lalu, matari demikian teriknya dan tiba-tiba mak prepet lalu turunlah hujan. Ya, seperti lelaki yang tengah termangu karena menahan gejolak rindu kepada kekasih hatinya. Ia merahasiakan renjana yang telah membuat sesak dadanya, meskipun rahasia itu diketahui dengan pasti oleh kekasihnya yang juga rindu kepadanya.

Beberapa belas hari ini saya mendengar dan membaca banyak keluhan atas cuaca panas yang menyelimuti bumi. Panasnya telah menggelisahkan jiwa. Tukang kipas kehabisan dagangan sebab diborong oleh orang yang ingin mendinginkan suasanya hatinya.

Lagi-lagi, hujan bulan Juni begitu menenteramkan jiwa-jiwa yang membara. Menjadikannya teles tur anyep.

Resapi sajak Hujan Bulan Juni-nya Pak Sapardi, apa yang sedang Anda rasakan kini?